Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN memproyeksikan kerugian yang dialami seluruh badan usaha milik negara (BUMN) akan turun dari kisaran Rp6 triliun pada 2005 menjadi Rp1,959 triliun pada 2006. Penurunan jumlah kerugian itu disebabkan adanya perbaikan manajemen perusahaan, kata Meneg BUMN, Sugiharto di Jakarta, Rabu. Dalam daftar 10 besar prognosa BUMN menderita kerugian pada 2006, PT PLN bertengger pada posisi pertama dengan proyeksi kerugian Rp1,032 triliun, diikuti oleh PT Garuda Indonesia (Rp248 miliar), PT Merpati Nusantara Airlines (Rp215 miliar), dan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) sebesar Rp122,85 miliar. Meski turun dari kerugian tahun lalu yang mencapai Rp4,9 triliun, Sugiharto mengatakan, PLN masih merugi mengingat perusahaan itu memiliki kewajiban untuk memberikan Public Service Obligation (PSO) kepada masyarakat. Enam BUMN yang diproyeksi mengalami kerugian besar lainnya adalah PT Krakatau Steel sebesar Rp97,5 miliar, PT Pengerukan Indonesia (Rp32,245 miliar), PT Brantas Abipraya (Rp22,487 miliar), PT Perkebunan Nusantara I (Rp21,06 miliar), PT Industri Gelas (Rp21,04 miliar), dan PT PINDAD (Rp14,212 miliar). Kesepuluh perusahaan tersebut, kata Sugiharto, menyumbang sekitar 93,20 persen dari total proyeksi kerugian BUMN pada 2006. "Kerugian yang lain hanya dihasilkan oleh sekitar 31 BUMN hanya menyumbang enam persen dari total kerugian," kata Sugiharto tanpa merinci BUMM tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007