Surabaya (ANTARA News) - Pertumbuhan investasi di Jawa Timur selama ini terhambat oleh ketersediaan listrik dan upah minimum kota/kabupaten (UMK). Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Provinsi Jatim, Djoni Irianto, menjelaskan, kondisi ini karena investor asal Hongkong dan Taiwan menunda realisasi investasi di Jatim. "Bahkan sampai saat ini, PLN tidak berani menjamin secara tertulis untuk pemenuhan pasokan listrik. Mereka hanya berani menjamin secara lisan. Sementara, pengoperasian pabrik akan dimulai pada Maret tahun ini," katanya, di Surabaya, Selasa. Berdasarkan data BPM, katanya, rata-rata kebutuhan listrik satu perusahaan tersebut sekitar 10 Megawatt (Mw). Selain itu, dua pabrik yang rencananya akan didirikan di Kawasan Industri Gresik (KIG) dan Pasuruan itu akan menghitung kembali kebutuhan dana investasi. "Hal itu juga disebabkan naiknya UMK pada 2009. Awalnya mereka memperkirakan UMK akan naik maksimal 18 persen. Kenyataannya, justru naik sampai 20 persen. Karena itu, mereka akan melakukan studi ulang terhadap rencana investasinya," katanya mengemukakan. Ia menambahkan, di sisi lain para investor itu masih memiliki kemauan berinvestasi di Jatim. Terutama karena Jatim relatif memiliki infrastruktur pendukung yang baik bagi aktivitas industri dan pekerja asing. "Jatim memiliki fasilitas bandara, pelabuhan, rumah sakit, sekolah, dan tempat hiburan berstandar internasional. Inilah yang menjadi keunggulan Jatim yang belum dimiliki provinsi lain," katanya menambahkan. Di lain pihak, walaupun ada banyak kendala dalam rencana investasi penanaman modal asing (PMA) di Jatim, baik nilai dan jumlah investasinya, ternyata pada periode Januari sampai November 2008 berhasil mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut dia, pada periode Januari sampai November 2008, tercatat ada 82 proyek yang telah terealisasi senilai 2,5 juta dolar AS. Kemudian, pada periode sama tahun sebelumnya hanya 70 proyek investasi baru teralisasi dengan nilai 759 ribu dolar AS. "Kondisi ini membuktikan, Jatim tetap memiliki daya tarik bagi investor asing," katanya. Untuk proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN), lanjut dia, pencapaiannya juga mengalami peningkatan dari 17 proyek pada Januari sampai Nopember 2007 dengan nilai Rp16,28 triliun, menjadi 27 proyek dengan nilai Rp19,24 triliun pada periode yang sama 2008. "Kami optimistis, realisasi investasi pada tahun ini akan tumbuh dibanding tahun lalu. Hal ini karena, akan dibangunnya beberapa proyek pembangkit listrik baru oleh PLN di Probolinggo, Pacitan, dan Tuban. Nilainya cukup besar dan akan melibatkan beberapa investor asal Tiongkok," katanya menerangkan. Ia menilai, lumpur Lapindo tidak selalu akan menghambat investasi oleh para investor asing. Buktinya, telah ada pembukaan pabrik baru seluas 60 hektar milik perusahaan asal Jepang dan Taiwan yang berani berinvestasi di sana. Padahal, lokasinya sangat dekat dengan semburan lumpur. Kemungkinan alasan mereka berinvestasi ke sana karena murahnya harga tanah. "Sejauh ini, lumpur Lapindo tidak terlalu berpengaruh terhadap penghentian operasional dari sejumlah perusahaan di sana. Hingga saat ini hanya tercatat 29 perusahaan dengan jumlah pekerja 2.576 orang yang berhenti beroperasi, karena bangunannya tenggelam," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009