Ambon (ANTARA News) - Arkeolog Syahruddin Mansyur dari Balai Arkeologi Ambon mengatakan kendati berada di tangan masyarakat, dua meriam peninggalan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, terpelihara dengan baik.

"Meriam itu peninggalan masa pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, ditinggalkan begitu saja setelah wilayah Halmahera Barat tidak difungsikan lagi sebagai pusat penghasil rempah-rempah, sekarang berada di tangan masyarakat," katanya di Ambon, Jumat.

Syaruddin mengatakan, dua meriam tersebut berada di Desa Gamlamo, Kecamatan Jailolo dan Desa Dodinga, Kecamatan Jailolo Selatan. Meski tidak terbilang bagus, kondisinya masih relatif baik.

Meriam yang berada di Desa Gamlamo diletakan di depan Masjid Tua Gamlamo, sedangkan meriam di Desa Dodinga berada di depan kantor lurah setempat.

Kedua meriam tersebut, kata dia, merupakan satu dari bukti fisik jejak penjajahan Belanda di Halmahera Barat yang masih tersisa.

Hal ini sangat berbeda dengan kondisi benteng-benteng VOC yang berada di sana, sebagian besar hanya tersisa struktur fondasi, sehingga sulit untuk mengidentifikasi arsitektur dan pola tata ruangnya.

"Meriam yang di Dodinga masih utuh, sedangkan yang di Gamlamo moncongnya sudah rusak, Kami menemukannya itu ketika menelusuri jejak-jejak peninggalan kolonial Belanda, pertengahan Mei lalu," katanya.

Lebih lanjut ahli kolonial itu mengatakan, sedikitnya ada empat titik lokasi Benteng VOC yang ditemukan oleh timnya di pesisir barat Kabupaten Halmahera Barat, di antaranya di Desa Gamlamo, Desa Dodinga, dan Desa Sidangoli. Bangunan-bangunan pertahanan tersebut mengalami kerusakan karena kondisi alam.

"Kalau menurut cerita masyarakat setempat, setelah Belanda memberlakukan kebijakan pemindahan pusat produksi cengkih ke wilayah Kepulauan Lease (Provinsi Maluku), benteng-bentengnya juga dibiarkan begitu saja, jadi kerusakan sudah terjadi sejak kolonial masih berkuasa," ucapnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015