Jakarta (ANTARA News) - Untuk lebih menyinergikan tiga pilar utama pertahanan negara, Universitas Pertahanan menggandeng industri penting pertahanan dunia dari Swedia, Saab AB, mengembangkan konsep Triple Helix di Tanah Air.

“Kedua pihak akan saling diuntungkan. Indonesia sebagai negara yang terus berkembang pesat mestinya bisa belajar banyak dari negara yang telah berhasil tentang ini, dalam hal ini adalah Swedia,” kata Rektor Universitas Pertahanan, Laksamana Madya TNI Desi A Mamahit, di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin.

Hadir bersama dia sejumlah petinggi Universitas Pertahanan dan rombongan Kepala Perwakilan Saab AB di Jakarta, Peter Carlqvist, Wakil Presiden Kepala Komunikasi Asia Pasifik Saab AB, Anna Lindh.

Konsep Triple Helix adalah konsep pemaduan tiga aktor penting pertahanan negara, yaitu industri, pemerintah, dan perguruan tinggi. Ketiga pemangku kepentingan ini saling bahu-membahu menjawab kepentingan pertahanan dan solusi-solusi terkait pertahanan yang diperlukan negara.

Konsep Triple Helix ini sudah lama diterapkan Swedia. Contohnya adalah riset dan pengembangan infrastruktur pertahanan dan arsenal atau sistem dari perguruan tinggi berdasarkan “pesanan” industri setelah postur dan keperluan pertahanan Swedia ditentukan pemerintahnya.

Dalam kaitan Universitas Pertahanan dan Saab AB, kesepakatan tentang kerja sama ini dituangkan dalam Letter of Intent, yang dilakukan di Stockholm, Swedia, pada 17 Juni lalu.

Masa berlaku Letter of Intent ini dua tahun dan menjadi basis untuk kerja sama lebih serius, yang dimanfaatkan untuk saling mencocokkan bidang-bidang yang bisa menjadi basis kerja sama.

Universitas Pertahanan tengah menyiapkan diri mendirikan Fakultas Teknologi dan Industri Pertahanan pada 2017, yang pengajar-pengajarnya bisa disediakan dari program kerja sama ini.

“Dengan konsep Triple Helix ini, ketiga pihak itu tidak akan berjalan sendiri-sendiri lagi melainkan akan padu. Kami akan membuat produk tentang kajian ini,” kata Mamahit.

Carlqvist menyatakan, “Tentu Saab sangat senang dengan penandatanganan LoI ini. Ini juga sesuai dengan filosofi dan praktik bisnis kami, yang menempatkan manusia dan kepentingannya sebagai fokus.”

“Tidak semua perusahaan bisa bertahan tanpa nilai-nilai yang baik dan kami memberi implementasi yang baik di semua negara di mana kami beroperasi,” katanya.

Saab AB hadir di Indonesia dengan beragam tawaran produk dan solusi, mulai dari sistem data dan datalink, kedirgantaraan militer, arsenal trimatra, hingga kapal selam militer.

Yang paling terkini adalah kehadiran kapal patroli cepat trilambung berteknologi tinggi yang dikerjakan bersama perusahaan PMA berbasis di Banyuwangi, Jawa Timur, PT Lundin Indonesia.

Satu sistem pertahanan udaranya, pesawat tempur JAS-39 Gripen, juga ditawarkan kepada pemerintah sebagai arsenal baru yang pada jangka pendek didedikasikan menggantikan F-5E/F Tiger II.

Untuk semua kerja sama ini, Saab AB selalu terbuka untuk program transfer teknologi seluas mungkin.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015