Makassar (ANTARA News) - Muktamar Aisyiyah satu abad bekerja sama dengan PT Pos Indonesia akan meluncurkan prangko Satu Abad Aisyiyah Muktamar 47 sebagai bentuk rekam jejak sejarah perjalanan organisasi perempuan Muhammadiyah di Indonesia.

"Perangko sengaja dipilih untuk menandai usia Satu Abad Aisyiyah. Filateli merupakan jaringan internasional yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan Aisyiyah pada dunia," ujar Panitia Internal Muktamar Aisyiyah Lathifah Iskandar, Kamis.

Menurut dia rencananya PT Pos Indonesia akan menerbitkan tiga desain perangko Satu Abad Aisyiyah dan diluncurkan saat Tabligh Akbar Aisyiyah berlangsung pada 3 Agustus 2015 di Balai Prajurit Jenderal Muhammad Jusuf di Makasar tempat arena muktamar.

Ketiga desain perangko tersebut, kata dia, menggambarkan kiprah Aisyiyah seperti dalam penyelenggaraan kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928, kiprah Aisyiyah di bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang sosial, kesejahteraan.

"Termasuk bidang ekonomi, dan bidang-bidang lain yang memang melekat sebagai bagian dari gerakan Aisyiyah selama ini," tuturnya.

Ia menyebutkan peluncuran perangko Satu Abad Aisyiyah Muktamar 47 itu akan mengingatkan kembali publik kepada sejarah awal Muhammadiyah mengeluarkan perangko pada penyelenggaraan Kongres Muhammadijah atau yang kini dikenal dengan istilah Muktamar Muhammadiyah.

Selain itu, bukan hanya dalam penyelenggaraan kongres, Muhammadijah juga dikeluarkan Franco Amal yang kala itu digunakan sebagai media fund raising bagi kegiatan dakwah organisasi tertua di Indoenesia.

Telah digunakannya perangko yang biasa dipakai untuk keperluan surat menyurat tersebut, lanjut dia, karena dianggap sebagai bagian dari kultur Muhammadiyah pada masa awal abad XX sebelum negara Indonesia lahir.

"Jelas menandaskan karakter Muhammadiyah sebagai organanisasi modern yang maju dengan para pegiat Muhammadiyah yang banyak berasal dari kalangan terdidik saat itu. Prangko ini diyakini akan menambah semangat Asiyiyah untuk terus melakukan transformasi perubahan di Indenesia," tambahnhya.

Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015