Tanggamus (ANTARA) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan pasar green hydrogen sangat menjanjikan untuk memasok industri maupun pengembangan transportasi pembangkit.

“Pasar green hydrogen meningkat cukup signifikan pada 2023- 2024 baru sebesar 2 juta ton. Sementara tahun 2060 progresnya diperkirakan naik signifikan sekitar 40 juta ton untuk kebutuhan secara global,” kata Yuliot Tanjung pada peletakan batu pertama Green Hydrogen Pilot Project di PGE Ulubelu, Tanggamus, Selasa.

Ia menyebutkan green hydrogen (hidrogen hijau) ini tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi juga menjadi sumber penyedia untuk kebutuhan global.

“Ke depan ekspor energi bukan lagi minyak tapi hidrogen untuk memenuhi kebutuhan global,” ujarnya.

Dari sisi investasi, lanjutnya, negara negara di Eropa sangat komitmen mengembangkan hidrogen seperti Jerman, Prancis, dan Italia untuk rantai pasok sektor industri dan pengembangan transportasi pembangkit.

“Rencana investasi Pertamina untuk pembangunan green hydrogen sebesar 1 miliar dolar AS hingga berfungsi secara maksimal. Saat ini green hydrogen pilot projectnya baru 3 juta dollar AS. Nanti implementasinya kita bisa duplikasi tahap produksinya, tahap pertama berapa, tahap kedua berapa? hingga skala ekonomis dan masuk secara keseluruhan,” ujarnya.

Ia menjelaskan untuk produksi saat ini masih dikembangkan secara bertahap, selain itu dalam pengembangan proyek ini dibutuhkan kebijakan regulasi yang lebih disederhanakan.

Baca juga: PLN: Produksi 'hidrogen hijau' jadi bahan bakar masa depan

Baca juga: Pupuk Indonesia teken perjanjian pengembangan green hydrogen di Gresik

Baca juga: Mahasiswa UI menggagas solusi alternatif bahan bakar green hydrogen

Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.