Jakarta (ANTARA News) - Budayawan Franz Magnis-Suseno berhasil meraih Roosseno Award 2015 atas kiprahnya dalam memberi inspirasi di bidang kemanusiaan demi kesejahteraan lahir batin masyarakat Indonesia.

"Jika tahun sebelumnya, Roosseno Award diberikan kepada Prof Habibie untuk ilmu dan teknologi, kini dipersembahkan kepada Prof Franz Magnis-Suseno dibidang humaniora atau sosial budaya dan pakar di bidang filsafat dan etika Jawa," Direktur Utama Biro Oktroi Roosseno, Prof Dr Toeti Heraty N Roosseno, di Jakarta, Minggu.

Penghargaan tersebut diserahkan kepada Franz yang juga rohaniwan tersebut di Jakarta, Sabtu malam. Penghargaan tersebut diberikan atas kesepakatan tim penilai yang terdiri dari Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif, Tamrin Amal Tomagola, Karlina Supelli, dan Yudi Latif.

"Antara Franz Magnis dan Roosseno memiliki banyak kesamaan, sama-sama suka naik motor dan sama-sama berasal dari keluarga yang porak-poranda akibat perang."

Roosseno Soerjohadikoesoema merupakan Bapak Beton Bertulang Indonesia. Roosseno adalah Menteri Pekerjaan Umum pada Kabinet Ali Sastroamidjojo.

Penghargaan Roosseno ini merupakan penghargaan kelima. Penghargaan pertama dalam bentuk program yakni bantuan dana penelitian untuk bidang sains dan teknologi.

Program kedua 2012, bantuan dana penelitian untuk bidang sosial, humaniora, dan indikasi geografis. Program ketiga, diberikan bantuan dana kepada peneliti yang menekuni rempah-rempah.

Kemudian penghargaan keempat diberikan kepada Habibie atas kiprahnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif mengatakan kecintaan Franz Magnis pada Indonesia mungkin melebihi kecintaan rata-rata rakyat Indonesia.

"Prof Magnis tidak saja mendalami Marxisme melalui karya Karl Marx "Das Kapital" yang pernah menggoncangkan dunia kapitalisme, tetapi kultur ke-Jawaan yang "adem-ayem" telah menjadi fokus telaahnya setelah hijrah ke Indonesia. Pengembaraannya di ranah ke-Jawaan tidak tanggung-tanggung, sehingga Magnis terkesan sudah "njawani", sebuh sikap etika yang serba halus. Kultur "unggah-ungguh" telah menjadi perilaku hariannya," kata Buya Syafii.

Franz Magnis mempunyai nama asli sebelum menjadi warga negara Indonesia adalah Franz Graf von Magnis, keturunan bangsawan Jerman.

"Saya sendiri merasa tidak dalam kategori orang yang pantas menerima penghargaan ini. Saya merasa terharu menerima kepercayaan ini," kata Franz yang sebelumnya juga mendapatkan Bintang Mahaputra dari Presiden Joko Widodo tersebut.

Pewarta: Indriani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015