Jakarta (ANTARA) - Pergerakan wisatawan di dalam Kota Jakarta tahun 2024 menunjukkan jumlah yang signifikan, yakni mencapai belasan juta namun durasi mereka tinggal masih tergolong rendah.
"Pada tahun 2024 data BPS menyebutkan rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara hanya dua hari dan wisatawan nusantara hanya 1,53 hari," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Andhika Permata.
Hal itu dia disampaikan dalam "JEF Dialogue: Unlocking Jakarta’s Potential Through Tourism and Creative Economy" di Jakarta, Selasa.
Adapun pergerakan data wisatawan dengan durasi enam jam dihitung menggunakan "Mobile Positioning Data" (MPD) di Jakarta Selatan mencapai 25.136.516 perjalanan, diikuti Jakarta Pusat sebanyak 17.573.137 perjalanan.
Baca juga: Separuh ekonomi Jakarta ditopang sektor jasa
Selanjutnya, Jakarta Timur (14.510.856 perjalanan), Jakarta Barat (13.045.578 perjalanan), Jakarta Utara (13.211.253) dan Kepulauan Seribu (182.305).
"Data perjalanan tersebut ternyata tidak berbanding positif dengan lama tinggal wisatawan di Jakarta yang tergolong masih rendah," kata Andhika.
Menurut dia, selama ini sejumlah upaya sudah dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk meningkatkan durasi tinggal wisatawan di Jakarta seperti promosi wisata di dalam dan luar negeri serta melalui media sosial.
Namun, dia mengakui semua ini belum cukup dan membutuhkan saran dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan itu, kreator konten khususnya bidang pariwisata, Kadek Arini berpendapat kemudahan akses transportasi dapat menjadi alasan wisatawan lebih lama tinggal di suatu wilayah atau kota.
Baca juga: Wisata belanja di Jakarta harus dikampanyekan
Dia mengatakan akses transportasi yang mudah menjadi alasannya melancong berkali-kali ke Tokyo (Jepang) dan selalu ingin tinggal lebih lama di sana.
"Begitu sampai di Haneda atau di Narita, langsung disambut 'tourism center'. Kita bisa langsung tanya-tanya di sana, langsung dipandu," kata dia.
Selain itu, keramahan masyarakat setempat, kuliner yang lezat serta sejumlah lokasi wisata yang gratis seperti taman juga menjadi faktor yang ikut berperan.
"Jadi kita ke Jepang, tiket sudah mahal pastinya, hotel sudah mahal. Tapi banyak tempat-tempat gratis yang juga bisa dinikmati. Ada tempat yang kita bisa menikmati 'city view' tanpa harus mengeluarkan uang," ujarnya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.