Rangkaian persiapan penyelenggaraan ibadah haji telah dilaksanakan pada saat pelaksanaannya nanti diharapkan berjalan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menurut rencana, kelompok terbang (kloter) pertama jemaah haji akan mulai diberangkatkan ke Arab Saudi pada 21 Agustus 2015.

Pada pelaksanaan haji tahun 1436H/2015 Masehi ini, jamaah haji Indonesia berjumlah 168.800 orang dengan komposisi 155.200 jamaah haji reguler dan 13.600 jemaah haji khusus.

Jamaah Haji di damping oleh  806 petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang berasal dari Kementerian Agama (500 orang) dan Kementerian Kesehatan (306 orang).

PPIH Kementerian kesehatan yang berjumlah 306 tenaga medis dibagi berdasarkan daerah kerja, yaitu daerah kerja Jeddah (55 orang), Mekah (171 orang), dan Madinah (80 orang).‬

Permasalahan kesehatan yang dialami jemaah haji Indonesia, bukan hanya karena penyakit melainkan juga karena masalah usia lanjut. Di samping itu Jamaah calon haji akan menghadapi ujian berat di musim haji kali ini karena Tanah Suci diperkirakan akan dilanda cuaca yang sangat panas, melebihi 50 derajat Celsius.

Berdasarkan prakiraan cuaca, suhu ekstrim ini akan terus semakin meningkat untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang antara 43-50 derajat celsius. Jamaah haji yang terpapar dengan cuaca panas yang ekstrim di Arab Saudi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan oleh terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang dapat menimbulkan heat stroke atau memperburuk penyakit yang telah diderita sejak dari tanah air.  Untuk itu calon jamaah haji harus melakukan pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan calon jamaah haji terkena penyakit ketika melaksanakan ibadah Haji di Arab Saudi. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof. dr Tjandra Yoga Aditama, SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE di Jakarta, 12/8/2015.

"Para jemaah calon haji baik untuk kembali memeriksakan kesehatan mereka secara rinci ke dokter yang biasa dikunjungi atau dokter terdekat. Pertama, yang sifatnya umum, adalah agar dapat dideteksi kemungkinan penyakit dan masih ada waktu untuk mengatasinya,"

Di samping itu, bila calon jemaah memiliki sejumlah penyakit kronik seperti gangguan paru kronik, jantung kronik, ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit lainnya maka perlu mempersiapkan penanganan, misalnya membawa obat yang dibutuhkan.

"Mereka yang sejak dari tanah air sudah ada penyakit-penyakit kronik maka perlu ekstra hati-hati dan dengan lebih seksama mempersiapkan pencegahan dan penanganan penyakitnya itu, termasuk membawa persediaan obat yang dibutuhkan selama di Tanah Suci," tutur dia.

Prof. Tjandra menambahkan, jika menurut dokter yang biasa menangani di Tanah Air calon jemaah memiliki masalah kesehatan, maka agar tidak lupa meminta surat keterangan dokter.

"Ini untuk diserahkan ke dokter kloter nantinya," tambah dia.

Hal ini penting agar petugas kesehatan yang menangani kesehatan Jamaah Haji di Saudi mengetahui riwayat kesehatan jamaah haji ketika berada di Saudi sehingga penanganan kesehatannya lebih efektif dan optimal. 

Selain itu Prof Tjandra  juga mengingatkan para jemaah haji agar mewaspadai virus korona sebagai penyebab MERS-CoV.

"MERS-CoV masih terus terjadi di Arab Saudi. Sampai awal Agustus ini di dunia ada 1.382 kasus MERS-CoV, 493 di antaranya meninggal dunia. Sementara kasus terakhir di bulan Juli 2015 adalah 8 orang MERS-CoV dari Arab Saudi," papar Prof. Tjandra.

Kewaspadaan menurutnya juga perlu ditingkatkan terhadap penularan virus Ebola, meski pun jumlah kasusnya sudah menurun tajam di negara-negara Afrika. 

Jamaah Calon haji agar selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat termasuk kebiasaan mencuci tangan pakai sabun atau sanitizer.

B
erita dan Info kesehatan  lebih lanjut dapat dilihat di laman  http://www.depkes.go.id  dan http://www.sehatnegeriku.com.[*]

Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2015