Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan pemulangan dua WNI korban ledakan bom di dekat Kuil Erawan, Bangkok, Thailand, masih menunggu keputusan pihak keluarga.

"Kita sudah bicara dengan keluarga dan mereka, juga sudah berada di Bangkok, jadi mengenai pemulangan jenazah dan sebagainya akan kita bicarakan bersama," kata Menlu disela acara peringatan HUT Kemlu ke-70 di Jakarta, Rabu.

Satu WNI perempuan berusia 61 tahun dengan inisial LLT tewas dalam pemboman di Bangkok, Senin malam (17/08/15), sementara suaminya yang berinisial HI dan juga berusia 61 tahun mengalami luka-luka.

Pada Selasa (18/8), HI menjalani operasi di Rumah Sakit Hua Chiew, Bangkok, dan kondisinya saat ini dikabarkan stabil, sedangkan jenazah LLT masih berada di rumah sakit polisi Bangkok.

Menlu menambahkan bahwa penggunaan inisial kepada kedua korban adalah untuk melindungi privasi keluarga.

Terkait pencarian informasi WNI yang berada di Bangkok, KBRI di ibukota Thailand terus melanjutkan pencarian di rumah sakit-rumah sakit yang menampung korban ledakan.

"Dari hari ke hari, KBRI Bangkok terus melakukan pencarian dan terus melakukan komunikasi dengan otoritas setempat untuk mencari kemungkinan-kemungkinan adanya tambahan, tetapi mudah-mudahan tidak ada," Kata Menlu Retno.

Selain itu, KBRI Bangkok juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat Indonesia yang berada di Thailand untuk lebih berhati-hati, dan menghindari tempat-tempat yang saat ini ditutup sementara.

KBRI juga membuka layanan informasi di nomor +66929031103 dan juga mengimbau masyarakat di Indonesia yang merasa keluarganya tengah berada di Thailand untuk segera menghubungi KBRI.

"Kita perlu komunikasi dengan pihak yang merasa keluarganya tengah berada di Thailand karena mereka masih melacak 15 rumah sakit di Bangkok untuk mencari informasi," tutur Menlu Retno.

Sebuah bom meledak di dekat Kuil Erawan Bangkok, Thailand, Senin malam, dan menewaskan 22 orang, termasuk tiga warga negara asing, dan sedikitnya 123 orang luka-luka.

Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015