Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan tekstil PT Pan Brothers Tbk berinvestasi empat pabrik baru senilai 34 juta dollar AS atau setara Rp459 miliar dengan mengusung nama PT Eco Smart Garment di Klego dan Sambi, Boyolali.

Pabrik yang menyerap 12.000 tenaga kerja tersebut melengkapi pabrik garmen perusahaan menjadi 17 unit selain pabrik yang telah beroperasi di Tangerang, Sukabumi, Bandung, dan Sragen.

Pan Brothers menghasilkan produk untuk brand Jepang yang dikelola Mitsubishi, Adidas, The North Face, Calvin Klein, Hugo Boss, New Balance, Ferrari, dan lain-lain.

"Keberhasilan Pan Brothers menggandeng Mitsubishi harus diapresiasi karena sekaligus membuktikan pada dunia global bahwa Indonesia tetap prospektif untuk investasi industri tekstil dan lainnya," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat peresmian pabrik melalui siaran pers diterima di Jakarta, Rabu.

Perusahaan ini merupakan perusahaan garmen terbesar di Indonesia dan 100 persen produknya di ekspor.

Ke depan, lanjut Menperin, pemerintah berharap Pan Brothers membangun industri pakaian jadi di luar Jawa, mengingat Pan Brothers group merupakan industri terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Menperin juga menyempatkan untuk menutup secara resmi Pelatihan Operator Mesin Industri Garmen berbasis kompetensi yang diikuti 300 siswa on site training di dua pabrik Eco Smart Garment Indonesia.

Pelatihan SDM ini digelar Balai Diklat Industri Kemenperin yang menerapkan sistem Three in One (3 in 1) yaitu pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja.

Menurut Vice CEO Pan Brothers Anne Patricia Sutanto, pihaknya berencana membangun tiga pabrik garmen lagi di Jawa Tengah sehingga totalnya mencapai 7 pabrik berinvestasi total 60 juta dollar AS atau sekitar Rp 810 miliar.

“Kami juga menargetkan ekspansi ke hulu industri tekstil yang memproduksi kain berbahan polyster dan nylon jika ditemukan partner yang cocok,” ujar Anne.

Perusahaan membutuhkan ekspansi ini untuk mengembangkan produk lebih jauh lagi, yang jika terealisir akan meningkatkan nilai tambah dan mengurangi penggunaan devisa yang sebelumnya dipakai untuk impor bahan baku.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015