Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai jemaah adalah MERS-CoV (Middle East respiratory syndrome Corona Virus) atau Sindrom Pernapasan Timur Tengah karena bisa dapat menjadi penyakit menular dan mematikan  serta berbahaya bagi jemaah haji khususnya yang telah berusia lanjut.

Penyakit ini dapat juga ditularkan melalui unta yang telah terinfeksi Corona Virus.  

Menteri Kesehatan Nila Moeloek beberapa waktu lalu mewanti-wanti agar jemaah memakai masker bila keluar penginapan menuju tempat yang ramai.

Selain itu Menkes juga selalu berpesan agar jemaah calon haji Indonesia tidak berfoto bersama unta selama berada di Tanah Suci Mekkah,  berprilaku hidup bersih, serta tidak berada di tempat keramaian khususnya Rumah Sakit bila dianggap tidak perlu, karena Rumah sakit terkadang justru awal mula penyebaran MERS-CoV seperti yang terjadi di Korea Selatan dan di Riyadh Saudi Arabia. 

Larangan-larangan tersebut di sampaikan Menkes  guna mencegah penularan penyakit MERS-CoV.

Hal tersebut kembali diungkapkan Menkes ketika  hadir dan memberikan arahan pada acara Pemberangkatan Haji Kloter Pertama  di Asrama Haji Pondok Gede  Jakata Timur (21/8). 

Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin  dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.  Pada kloter pertama ini dilepas  440 calon jamaah haji kloter pertama embarkasi Jakarta.
 
Dalam kesempatan itu, Menteri agama  mengatakan agar jemaah haji menjaga kondisi kesehatan dan tidak menforsir diri sebelum puncak ibadah haji.  Adapun puncak ibadah haji adalah wukuf di Arafah.

Menurutnya, kloter pertama relatif lebih lama menunggu tibanya waktu wukuf 9 Dzulhijjah.

"Jangan memforsir diri dengan ibadah umrah, Miqat berkali-kali tapi mengabaikan kondisi kita. Karena itu jaga kesehatan sampai dengan wukuf," katanya.

Pada hari yang sama juga akan berangkat 11 kloter pertama dari sembilan embarkasi yaitu  Medan, Padang, Jakarta, Solo, Surabaya, Lombok, Balikpapan, dan Makassar. 

Mulai 21 agustus sampai 3 September kedatangan jamaah haji Indonesia langsung ke Madinah dan baru pada 30 Agustus diperkirakan jamaah akan datang ke Mekkah baik dari Madinah maupun langsung dari embarkasi di Indonesia, Jamaah Indonesia tahun ini mencapai 168.800 orang yang terdiri 155.200 haji reguler dan 13.600 haji khusus.

Untuk melayani jemaah Haji Indonesia yang sakit selama menunaikan ibadah dan proses haji di Mekkah dan Madinah pemerintah telah menyiapkan sembilan tenaga medis  yang tergabung dalam tim medis Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) yang terdiri dari tiga dokter, tiga perawat, tiga orang pendukung, termasuk apoteker di setiap sektor. 

Sektor  tersebut merupkanan tempat tinggal para jemaah haji  selama menjalankan ibadah haji. Terdapat 5 sektor di Madinah dan 9 Sektor di Mekkah. 

Tenaga medis yang ada di tiap sektor tersebut terdiri atas satu dokter umum, dokter spesialis penyakit dalam, dan dokter paru, serta tenaga perawat dari rumah sakit umum dan jiwa.

Pada pelaksanaan haji tahun 1436H/2015 Masehi ini, Kementerian Kesehatan (Kemkes) memberangkatkan 309 tenaga kesehatan haji yang tergabung dalam PPIH untuk bertugas selama 60 hari di Mekah dan 72 hari di Jeddah dan Madinah.

Hal penting yang perlu dilakukan PPIH dalam kesiapsiagaan menghadapi penyakit menular di antaranya adalah selalu menerapkan dan memberikan penyuluhan kepada jemaah haji tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Arab, mengenali tanda dan gejala penyakit, memperhatikan riwayat penyakit, melakukan pengamatan dengan gejala infeksi saluran pemafasan akut, dan melaporkan keberadaan kasus penyakit.
Berita dan Info kesehatan lebih lanjut dapat dilihat di laman http://www.depkes.go.id dan http://www.sehatnegeriku.com.[*]



Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2015