Kediri (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun, Jawa Timur, melibatkan penyandang disabilitas saat peragaan busana merayakan Hari Batik Nasional di dalam gerbong kereta api dan stasiun.
Manajer Humas PT KAI Daop 7 Madiun Rokhmad Makin Zainul mengemukakan kegiatan peragaan busana ini dilakukan dalam perayaan Hari Batik Nasional. Batik adalah kain tradisional yang juga telah diakui dunia sebagai warisan budaya berharga milik bangsa.
“Sebagai warisan budaya tak benda, gelaran ini menjadi wujud apresiasi sekaligus rasa bangga terhadap batik, khususnya batik khas Magetan yang merupakan bagian dari wilayah Daop 7 Madiun,” katanya saat di Stasiun Kediri, Kamis.
Ia menambahkan, dalam kegiatan ini juga melibatkan model yang juga penyandang disabilitas. Ada lima model yang terlibat, satu di antaranya adalah penyandang disabilitas.
"Yang istimewa adalah dari peraga busana ada yang dari penyandang disabilitas. Kami lakukan itu untuk memberi ruang berekspresi kepada anak-anak disabilitas. Selain itu, untuk edukasi bahwa penyandang disabilitas saat menggunakan kereta api juga diberikan diskon 20 persen," kata dia.
Selain memperkenalkan kekayaan motif batik, ia menambahkan kegiatan ini juga memberi ruang promosi bagi para pelaku UKM batik di Magetan.
“KAI terus berkomitmen memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui program-program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang berkesinambungan,” kata Zainul.
Dalam peragaan busana itu, Daop 7 Madiun kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan, serta pegiat batik sekaligus desainer asal Magetan, Anggi Putra (pemilik @jero.indonesia). Kegiatan ini menghadirkan tema “Fashion Batik on the Train and Station”,
"Kami lakukan ini untuk menyampaikan kembali, mengingatkan bahwa batik sebagai warisan budaya yang diakui dunia untuk dapat kita tampilkan, dapat kita banggakan dalam keseharian aktivitas kehidupan," kata dia.
Pihaknya berharap dengan kegiatan ini, warisan budaya batik semakin mendunia, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat Indonesia untuk mengenakannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Hari Batik Nasional bukan hanya untuk menguatkan jati diri bangsa, tetapi juga menjadi momentum dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui industri batik,” kata Zainul.
Sementara itu, perajin batik asal Magetan, Anggi Putra mengatakan bangga batik sudah menjadi warisan budaya berharga milik bangsa. Ia mengangkat motif khas dari Magetan dan Madiun.
"Kami angkat beberapa motif khas dari Magatan dan Madiun. Kami tunjukkan batik itu bukan hanya pakaian resmi tapi juga bisa dipakai sehari-hari," kata dia.
Ia menambahkan untuk pemilihan kain batik dipilih warna yang terang, sebab aktivitas juga dilakukan di ruang terbuka hijau. Warna yang dipakai adalah yang menarik mata.
"Pemilihan warna karena ini ruang terbuka dan ruang publik, jadi warna yang 'eye catching', menarik perhatian di mata. Untuk warna khusus tidak, tapi lebih ke pemilihan motif yang bisa dipakai anak muda. Kebetulan model juga muda," kata dia.
Sementara itu, dalam aktivitas peragaan busana itu, selain dilakukan di dalam kereta api saat perjalanan juga dilakukan di Stasiun Kediri. Model juga langsung melakukan aksinya, dengan berjalan menyusuri jalur pintu keluar dan masuk di area Stasiun Kediri.
Daop 7 juga memberikan suvenir berupa scarf bermotif kereta dan motif khas Magetan, serta menikmati kue dan jenang candi khas Magetan kepada pelanggan.
Hidangan tersebut bukan sekadar jamuan, melainkan simbol keberuntungan, kehangatan, dan doa keselamatan yang terkandung dalam setiap gigitannya.
Baca juga: Daop 7 Madiun bagikan bibit pohon ke penumpang KA peringati Hari Ozon
Baca juga: KAI Madiun: Jumlah penumpang naik menjelang libur panjang Maulid Nabi
Baca juga: Direksi KAI lakukan inspeksi pastikan keselamatan operasional di Daop7
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.