...Mimpi kami ada fasilitas konservasi khusus di salah satu sisi Pantai Sanggar ini
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Sejumlah relawan yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sanggaria di kawasan pesisir Pantai Sanggar, Tulungagung, Jawa Timur melakukan aksi konservasi penyu secara mandiri sejak 2016 hingga sekarang, tanpa bantuan dan dukungan pemerintah.
Mereka memungut dan mengevakuasi telur-telur penyu di empat titik pantai di pesisir dekat kampung mereka di Desa Jengglungharjo Kecamatan Tanggunggunung, menetaskannya di bak-bak penampungan sementara lalu melepasliarkan tukik-tukik itu ke pantai saat sudah usia dua bulan.
"Aktivitas ini sudah kami jalani sejak 10 tahun terakhir, dari 2016, secara swadaya. Selain untuk melindungi telur penyu dari predator alami, juga untuk mencegah ulah jail pengunjung atau pemancing yang sengaja ingin berburu penyu," kata Ketua Pokdarwis Sanggaria, Lego Rianto dikonfirmasi usai evakuasi telur penyu di Pantai Sanggar dan Pantai Jong Pakis.
Ada empat pantai di pesisir selatan Kecamatan Tanggunggunung ini yang menjadi sarang bertelur alami penyu, yakni Pantai Sanggar, Ngalur, Pathuk Gebang dan pantai Jong Pakis. Jenis penyu yang mampir bertelur biasanya jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan lekang (Lepidochelys olivacea).
Saat ini, total ada 130-an telur penyu berhasil mereka evakuasi dari dua titik lokasi penyu bertelur. Terbaru mereka mengevakuasi 24 telur penyu di Pantai Sanggar. Menurut Lego Rianto, sebenarnya ada 5-7 titik teridentifikasi sebagai lokasi penyu bertelur, biasanya berdasar informasi warga/nelayan lokal.
Namun sebagian besar sudah tertimbun pasir pantai saat air pasang, sehingga jejak lokasi hilang.
"Kalau hilang jejak begitu kami biarkan, namun tetap sambil terus dipantau. Yang penting lokasi kami nilai cukup aman dari (serangan) predator," katanya.

Dalam kondisi normal, seekor penyu mampu bertelur lebih dari 50 butir dalam sekali musim.
"Evakuasi ini langkah untuk menyelamatkan telur penyu dari predator, terutama biawak yang sering memangsa, sekaligus upaya menjaga keberlangsungan populasi penyu yang sudah masuk kategori langka," kata Lego.
Ia menjelaskan, telur yang sudah dievakuasi ditempatkan di penangkaran milik relawan hingga menetas. Tukik yang berhasil menetas akan dirawat sekitar dua bulan sebelum dilepas kembali ke laut.
"Dari ratusan telur itu biasanya sekitar 80 persen yang bisa menetas menjadi tukik," tambah Lego.
Baca juga: Pertamina lepas 600 tukik di pesisir Pantai Kelapa Tinggi Kupang NTT
Aktivitas sukarela itu bukannya tanpa biaya. Operasional lapangan saat evakuasi, proses penetasan, penangkaran sementara hingga pelepasliaran membutuhkan dana tidak sedikit.
Terutama untuk mobilitas mengangkut air laut setiap dua hari sekali saat masa penangkaran tukik, logistik relawan hingga penyediaan sarana penetasan dan perawatan hingga baby penyu siap dilepasliarkan ke pantai, habitat alami mereka.
"Mimpi kami ada fasilitas konservasi khusus di salah satu sisi Pantai Sanggar ini. Karena itu akan memudahkan proses evakuasi, perawatan dan penanganan yang lebih efisien. Tapi yang begini-begini tidak mungkin swadaya, harus ada dukungan dan kebijakan dari (pemerintah) daerah," kata Supriyanto, relawan Pokdarwis Sanggaria menimpali.
Mereka menyebut beberapa tahun lalu sempat ada tawaran dari Pertamina untuk membantu penyediaan fasilitas penangkaran tukik untuk aktivitas konservasi. Waktu itu tawaran datang saat moment pelepasliaran tukik oleh Pemkab Tulungagung bersama jajaran Pertamina di Pantai Sanggar.
Baca juga: TCEC: 4.000 tukik telah dilepasliarkan di laut Pulau Serangan Bali
Baca juga: Konservasi penyu Pariaman lepas 800 ekor tukik ke laut sepanjang 2025
Sayangnya, gayung tak kunjung disambut. Menurut Lego, pihak Pemkab Tulungagung tidak segera menindaklanjuti tawaran terbuka itu hingga isu bantuan fasilitas penangkaran tukik menggunakan dana CSR Pertamina menguap tanpa ada kabar lanjutan.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.