...Pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga motor penggerak ekonomi masyarakat

Jakarta (ANTARA) - Gelaran Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tak hanya perlombaan baca kitab kuning semata, tapi menjadi ajang bagi pesantren untuk memamerkan hasil unit usaha yang mereka kelola secara mandiri.

"Pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga motor penggerak ekonomi masyarakat," ujar Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag Helmi Halimatul Udhmah dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Acara Expo Kemandirian Pesantren yang dipusatkan di Lapangan Merdeka Wajo ini dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah.

Lebih dari 50 anjungan produk pesantren dari berbagai provinsi tampil memamerkan hasil karya santri dan unit usaha pesantren. Produk-produk tersebut meliputi makanan dan minuman olahan, kerajinan tangan, produk pertanian, hingga inovasi teknologi berbasis pesantren.

Helmi menegaskan expo ini bukan sekadar pameran biasa, melainkan bukti nyata kontribusi pesantren dalam membangun kemandirian ekonomi umat.

"Dengan kemandirian ekonomi, pesantren semakin berdaya dan berkontribusi bagi bangsa," kata dia.

Baca juga: Menag harap MQKI 2025 jadi awal kebangkitan peradaban Islam modern

Menurutnya, pemerintah melalui Kementerian Agama terus memberikan perhatian besar bagi penguatan pesantren. Salah satunya melalui Program Kemandirian Pesantren yang memberikan bantuan inkubasi bisnis, pelatihan, dan pendampingan.

Hingga saat ini, Kemenag telah menyalurkan bantuan kepada 4.186 pesantren, dan lebih dari seribu di antaranya telah memiliki badan usaha mandiri. Selain itu, telah berdiri pula lebih dari 2.300 koperasi pesantren yang tersebar di berbagai daerah.

Menurutnya, penguatan ini bukan hanya bertujuan agar pesantren dapat memenuhi kebutuhan internal, tetapi juga untuk memperkuat fungsi pemberdayaan masyarakat.

"Jika setiap pesantren memiliki unit usaha yang berkembang, maka akan tumbuh economy hub berbasis pesantren. Ekonomi yang tumbuh dari pesantren ini tidak hanya menopang kehidupan para santri, tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar," kata dia.

Ketua Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama Sinarliati Kamaruddin menegaskan acara ini memiliki makna mendalam. Di satu sisi, MQK menjadi tradisi intelektual Islam yang diwariskan ulama lintas generasi.

Baca juga: Kafilah Myanmar tiba di Makassar ikuti MQK Internasional 2025

Di sisi lain, expo menjadi bukti nyata bahwa pesantren adalah pusat pemberdayaan masyarakat dan penggerak ekonomi umat.

"Kedua kegiatan ini saling melengkapi. MQK menegaskan peran pesantren sebagai benteng ilmu dan akhlak, sementara expo ini menegaskan pesantren sebagai motor kemandirian dan kesejahteraan umat," katanya.

Sementara itu, Ketua DWP UP Ditjen Pendidikan Islam Kiptiyah Suyitno melaporkan expo kali ini tidak hanya berasal dari pesantren penerima bantuan, tetapi juga melibatkan UMKM dan organisasi di Sulawesi Selatan.

Expo menghadirkan beragam produk, mulai dari kitab keislaman hingga kerajinan, kuliner halal, dan inovasi teknologi santri.

Baca juga: Menag buka MQK Internasional pertama yang diikuti perwakilan 10 negara

"Kita percaya bahwa kemandirian pesantren bukan hanya sebatas pada kemampuan mencetak generasi yang alim dalam ilmu agama, tetapi juga generasi yang tangguh, kreatif, dan berdaya saing di tengah dinamika global," katanya.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.