Sport tourism adalah jawaban atas kebutuhan Indonesia untuk mendiversifikasi ekonomi, khususnya dalam sektor pariwisata
Jakarta (ANTARA) - Pariwisata dan olahraga selama ini sering dipandang sebagai dua sektor yang terpisah. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, muncul tren global yang menggabungkan keduanya, yaitu sport tourism atau pariwisata olahraga.
Konsep ini mengacu pada aktivitas perjalanan wisata yang bertujuan untuk menonton, berpartisipasi, atau merasakan atmosfer sebuah event olahraga. Sport tourism bukan sekadar soal pertandingan, melainkan juga pengalaman perjalanan, interaksi budaya, dan kontribusi ekonomi yang nyata.
Dalam konteks global, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) mencatat sport tourism telah menyumbang lebih dari 10 persen total belanja pariwisata dunia dan diproyeksikan tumbuh hingga 17,5 persen per tahun hingga 2030, menjadikannya salah satu subsektor paling prospektif.
Di Indonesia, sport tourism menemukan relevansinya karena negeri ini memiliki keunggulan geografis yang luar biasa: garis pantai terpanjang kedua di dunia, pegunungan, danau vulkanik, hingga kota-kota modern yang dapat menjadi panggung olahraga berskala global. Pada saat yang sama, masyarakat Indonesia memiliki tradisi olahraga yang beragam, mulai dari olahraga modern hingga olahraga tradisional seperti Pacu Jalur di Riau.
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkirakan nilai ekonomi sport tourism mencapai Rp18,79 triliun pada 2024, dengan kontribusi sekitar 25–30 persen terhadap total event pariwisata nasional. Angka ini diperkuat dengan tren meningkatnya minat wisata olahraga, misalnya paket wisata maraton yang tumbuh 43 persen secara tahunan dari 2023 ke 2024.
Pandangan domestik dan internasional pun menegaskan potensi besar Indonesia. Pemerintah melalui Kemenparekraf dan Kemenpora menempatkan sport tourism sebagai sektor strategis dalam pengembangan destinasi super prioritas, sementara UNWTO menilai Indonesia punya modal kuat untuk menjadi pusat sport tourism Asia berkat kekayaan alam dan keragaman budayanya.
Event besar seperti MotoGP Mandalika dan F1 Powerboat Danau Toba terbukti mampu mendatangkan ribuan wisatawan mancanegara, mempercepat pembangunan infrastruktur, serta menggerakkan UMKM lokal.
Dengan landasan tersebut, sport tourism semakin relevan bukan hanya sebagai penggerak pariwisata, tetapi juga sebagai motor pertumbuhan ekonomi baru Indonesia.
Baca juga: Mengoptimalkan potensi Danau Toba melalui "sport tourism"
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.