di lapangan teman-teman industri pengguna gas ini hanya mendapatkan suplai 60 persen, sementara pemerintah sudah menetapkan HGBT
Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menekankan pentingnya optimalisasi pemanfaatan energi gas melalui Program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk memacu daya saing industri nasional.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, Selasa, menyampaikan energi gas bumi merupakan salah satu pendorong utama industri dalam negeri, namun, hingga kini kebutuhan energi tersebut masih menjadi persoalan karena keterbatasan suplai.
Menurut dia, banyak pelaku industri yang mengeluhkan keterbatasan pasokan gas meskipun aturan terkait HGBT telah ditetapkan pemerintah.
"Kadang di lapangan teman-teman industri pengguna gas ini hanya mendapatkan suplai 60 persen. Sementara pemerintah kan sudah menetapkan HGBT," kata dia.
Adapun saat ini harga HGBT ditetapkan sebesar 7 dolar AS per millions british thermal unit (MMBTU), naik dari 6 dolar AS pada 2015. Namun, karena pasokan dari skema HGBT tidak terpenuhi sepenuhnya, industri terpaksa membeli sisa kebutuhan gas di pasar dengan harga yang lebih tinggi.
"Kawan-kawan gas ini harus membeli dengan harga pasar di 16,77 dolar AS. Ini kan tentu tinggi. Akibatnya industri kita produknya daya saingnya tidak kuat," kata dia lagi.
Dampak dari kondisi tersebut, kata Saleh, bisa berujung pada meningkatnya impor barang jadi dan berkurangnya aktivitas produksi di dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di sektor gas, listrik dan air meningkat sebesar 12,43 persen pada 2023.
Sebagian besar investasi tersebut berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mencapai 37 miliar dolar AS atau sekitar 93,2 persen dari total realisasi investasi.
Menurut data International Energy Agency (IEA), produksi energi Indonesia mencapai 19,4 juta tera joule (TJ), dengan kontribusi gas alam sebesar 10,1 persen atau sekitar 2,1 juta TJ. Sementara konsumsi energi nasional tercatat 6,8 juta TJ, dan gas menyumbang sekitar 9 persen dari total konsumsi.
Terdapat surplus energi sebesar 12,6 juta TJ yang sebagian besar diekspor sebanyak 9,3 juta TJ. Adapun sektor industri menjadi konsumen energi terbesar dengan porsi 42,1 persen atau sekitar 2,86 juta TJ dari total konsumsi nasional.
Baca juga: Kadin dorong penguatan ketahanan energi lewat integrasi migas
Baca juga: Waketum Kadin: Implementasi suplai gas untuk industri perlu perbaikan
Baca juga: Kadin: Transfer teknologi dan peningkatan SDM kunci transisi energi
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.