Presiden sudah menunjukkan komitmen kuat untuk memperbaiki tata kelola MBG. Ini bukti keseriusan pemerintah dalam memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan makanan bergizi yang aman dan sehat

Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Heri Herdiawanto menilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan bukti nyata keberpihakan Presiden Prabowo Subianto pada rakyat dan masa depan bangsa.

“Program MBG ini sangat strategis karena menyentuh aspek paling dasar dalam pembangunan manusia. Untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan berkeadilan, kita harus mulai dari manusia yang bergizi cukup dan berkualitas,” ujar Heri dikutip di Jakarta, Selasa.

Lebih lanjut dia menilai dinamika dan pro-kontra yang muncul terkait pelaksanaan Program MBG menjadi tanda bahwa publik memiliki kepedulian tinggi terhadap program unggulan Presiden itu. Namun, menurutnya, kritik tersebut sebaiknya diiringi dengan solusi dan kolaborasi lintas sektor.

Baca juga: Pakar nilai Presiden Prabowo punya visi jangka panjang lewat MBG

“Masih ada dapur pemenuhan gizi di sejumlah daerah yang belum memadai dan bahkan melebihi kapasitas. Karena itu perlu langkah terencana, terukur, dan kolaboratif antar-stakeholder untuk memperbaiki hal tersebut, bukan sekadar saling menyalahkan,” kata Heri.

Lalu terkait beberapa insiden keracunan yang terjadi di sejumlah wilayah, Heri menilai langkah cepat pemerintah, terutama instruksi Presiden Prabowo untuk memperbaiki tata kelola dan meningkatkan pengawasan, sudah tepat.

Ia juga mendukung penggunaan juru masak terlatih dan alat uji kelayakan makanan yang higienis sebagai bagian dari perbaikan sistemik.

Baca juga: Pengamat: Perintah Presiden tepat untuk hentikan keracunan MBG

“Presiden sudah menunjukkan komitmen kuat untuk memperbaiki tata kelola MBG. Ini bukti keseriusan pemerintah dalam memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan makanan bergizi yang aman dan sehat,” ucapnya.

Berikutnya Heri mendorong agar Program MBG terus diperluas, terutama ke wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dengan paradigma bottom-up agar masyarakat di akar rumput dapat lebih berpartisipasi dan merasakan manfaat nyata dari program tersebut.

“Prioritas di daerah 3T dan perluasan akses pendidikan harus berjalan seiring dengan perbaikan tata kelola MBG. Dengan demikian target peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat tercapai secara berkelanjutan,” kata Heri.

Baca juga: Cegah keracunan, Prabowo perintahkan dapur MBG punya "test kit"

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.