Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyatakan industri keramik sudah mampu memenuhi kebutuhan domestik atau berswasembada dengan kapasitas produksi 650 juta meter persegi, sehingga siap mewujudkan program 3 juta rumah.
"Artinya, kita mampu melakukan substitusi untuk produk impor, dan yang paling terpenting, dengan tambahan kapasitas baru, kita siap menyukseskan program pembangunan 3 juta unit rumah yang menjadi program unggulan Presiden Prabowo," kata Ketua Umum Asaki Edy Suyanto saat ditemui di Jakarta, Selasa.
Meski demikian, Asaki menegaskan bahwa dukungan pemerintah menjadi faktor penting agar industri tetap berdaya saing.
Dua hal utama yang diminta adalah kelancaran pasokan gas bumi dan perlindungan dari masifnya produk impor.
Menurut Asaki, suplai gas ke industri keramik dalam program subsidi gas industri atau harga gas bumi tertentu (HGBT) di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur masih belum optimal. Akibatnya, sebagian pelaku industri harus membeli gas dengan harga tinggi melalui skema tambahan biaya distribusi (agit), yang membuat ongkos produksi meningkat signifikan.
"Suplai gas kami minta di posisi 85 persen. Meskipun kami tahu, untuk mencapai 100 persen itu memang membutuhkan effort lebih," kata dia.
Asaki turut menyoroti dampak persaingan global setelah perang tarif antara Amerika Serikat dan sejumlah negara. Kondisi tersebut menyebabkan produk keramik impor, terutama dari India, semakin membanjiri pasar Indonesia.
Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan penerapan kebijakan domestic market obligation (DMO) untuk sektor gas bumi, seperti halnya yang diterapkan pada komoditas batu bara.
Menurut asosiasi, kebijakan itu bisa membantu menjaga stabilitas pasokan dan harga energi untuk industri dalam negeri yang bisa membantu menjaga daya saing produk keramik Indonesia.
Pada semester I 2025, tingkat ketahanan atau utilisasi dari industri keramik naik ke angka 71 persen dibandingkan periode yang sama secara tahunan (year on year/YoY) di angka 60 persen.
Peningkatan utilisasi tersebut turut berdampak pada produksi keramik domestik yakni meningkat sekitar 62 juta meter persegi atau tumbuh 16,5 persen.
Kinerja industri keramik nasional di semester I tahun 2025 meskipun tumbuh, namun masih di bawah target Asaki yakni utilisasi di angka 75 persen.
Hal ini disebabkan beberapa faktor utama yakni terkait suplai gas, harga yang tak sesuai dengan ketentuan, serta gangguan produk impor keramik dari India yang naik 130 persen di lima bulan pertama tahun 2025.
Baca juga: Asaki: Stabilitas pasokan gas dan 3 juta rumah pacu utilisasi keramik
Baca juga: Asaki ingatkan dampak positif subsidi HGBT ke industri keramik
Baca juga: Asaki sebut utilisasi industri keramik perlahan naik kini di 71 persen
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.