Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ekonomi Kreatif berupaya memperkuat ekosistem talenta ekonomi kreatif (ekraf) melalui kerja sama yang terjalin bersama King's College London.

"Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong pertukaran pengetahuan, pengembangan riset, serta program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri kreatif nasional,” kata Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Melalui audiensi yang digelar pada Selasa (7/10), Riefky mengatakan kerja sama akan berfokus pada pengembangan talenta dan riset di bidang ekonomi kreatif serta penguatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari.

KEK Singhasari merupakan bagian dari inisiatif pemerintah dalam mendorong percepatan ekonomi kreatif digital nasional. Kawasan ini dikembangkan sebagai pusat inovasi dan kolaborasi lintas sektor, termasuk pendidikan, riset, dan industri kreatif.

Adanya kolaborasi itu dinilai membuka potensi yang sejalan dengan arah kluster program Kementerian Ekonomi Kreatif dan asta ekraf, khususnya dalam Talenta Ekraf.

Baca juga: Menekraf lakukan peninjauan Sekolah Garuda di Kalsel

“Kami ingin mengembangkan berbagai model kolaborasi, tidak hanya pada jenjang magister, tetapi juga pelatihan jangka pendek, riset terapan, hingga pertukaran mahasiswa dan dosen. Dengan pendekatan tersebut, talenta muda Indonesia bisa langsung menghadapi tantangan nyata di lapangan,” ujar dia.

Director of Academic Indonesia Projects King’s College London Simon Tanner menyatakan akan mendukung agenda prioritas pemerintah Indonesia melalui penyelenggaraan program pendidikan dan penelitian di bidang ekonomi kreatif dan digital.

Salah satunya adalah program MSc Digital Economies yang telah memasuki cohort ketiga pada September 2025 dengan peserta dari LPDP, BUMN, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Executive Dean Faculty of Arts and Humanities itu juga mengatakan bahwa Fakultas Seni dan Humaniora yang jadi penyelenggara program itu kini menduduki peringkat ke-17 dunia versi QS World University Rangkings dan dikenal unggul dalam riset ekonomi kreatif serta gig economy.

Baca juga: Kemenekraf dan KBRI Bern siap kuatkan kerja sama ekraf Indonesia-Swiss

“Kami ingin memastikan program-program akademik kami dirancang bersama agar relevan dengan kebutuhan tenaga kerja kreatif di Indonesia," ujar dia.

Tanner turut mengatakan bersedia membuka peluang riset bersama, program doktoral kolaboratif, serta pengembangan kurikulum Global Cultural Creative Industries yang selaras dengan agenda pembangunan kreatif Indonesia.

Hal lain yang ia sampaikan yakni adanya potensi besar sektor industri kreatif Indonesia yang diharapkan mampu menyumbang sekitar delapan persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global sebesar 3,95 persen.

Ia menambahkan bahwa King’s College memiliki keunggulan dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan etika digital, dengan lebih dari 20 peneliti senior lintas disiplin yang fokus pada penerapan AI dalam konteks sosial dan budaya.

Dengan demikian, kerja sama ini nantinya juga menjadi bagian dari UK-Indonesia Growth Partnership Agreement, di mana sektor creative and cultural industries menjadi salah satu prioritas utama Inggris.

King’s College berkomitmen menjadi jembatan pengetahuan antara kedua negara dalam memperkuat kapasitas riset dan pendidikan di bidang ekonomi kreatif dan digital.

Baca juga: Menekraf bahas kerja sama dengan Departemen Kebudayaan Moskow

Baca juga: Menekraf sebut perkembangan teknologi bisa tentukan tren ekraf

Baca juga: Menekraf sebut media sebagai kolaborator kembangkan industri kreatif

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.