Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mendorong pesantren menjadi mitra strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pengembangan agribisnis, pemberdayaan petani, serta pengelolaan rantai pasok pangan berbasis koperasi yang profesional dan berkelanjutan.
"Pesantren memiliki potensi besar sebagai pusat pemberdayaan ekonomi dan agribisnis masyarakat desa," kata Wamentan saat kunjungan kerja ke Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, Sudaryono mengatakan model yang dikembangkan Pesantren Al Ittifaq menunjukkan bagaimana lembaga pendidikan berbasis keagamaan dapat menjadi penggerak produksi pangan, pembinaan petani, hingga pengelolaan rantai pasok secara profesional.
“Pesantren seperti Al Ittifaq ini adalah contoh konkret bagaimana lembaga keagamaan bisa menjadi agregator pertanian. Dari lahan 14 hektare milik pesantren dan lebih dari 400 hektare lahan masyarakat binaan, mereka mampu membangun sistem produksi yang terintegrasi dan efisien,” ujar dia.
Sudaryono yang akrab disapa Mas Dar itu mengatakan sistem budi daya hortikultura di Al Ittifaq sudah mengadopsi metode modern seperti tumpang sari empat varietas dalam satu bedengan dengan hasil adaptasi dari berbagai negara.
Ia pun menugaskan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian untuk membentuk lembaga pelatihan khusus bagi anak-anak muda dari wilayah dengan karakter agroklimat serupa, seperti Wonosobo, Temanggung, Malang, hingga Pasuruan.
“Ilmu yang dipelajari dari luar negeri tidak bisa ditiru mentah-mentah. Harus disesuaikan dengan kondisi kita. Karena itu saya ingin ada pelatihan yang bisa memperbanyak model keberhasilan seperti Al Ittifaq di seluruh Indonesia,” katanya, menjelaskan.
Menurut dia, pola agribisnis pesantren dapat menjadi motor baru ekonomi desa. Melalui sistem koperasi, pesantren dapat membantu petani melakukan standardisasi produk, pengendalian mutu, dan pemasaran hasil panen ke berbagai segmen pasar.
“Ini satu integrasi yang baik bagaimana kooperasi pesantren itu menggalang dan membina banyak petani. Dari mulai quality control-nya dengan standar-standarnya ditentukan di situ," katanya, menjelaskan.
"Sehingga petani itu bisa sortir yang mana ke pasar biasa, yang mana ke supermarket, dan seterusnya. Sehingga ada nilai tambah di situ,” katanya, menambahkan.
Sudaryono juga mengaitkan model kemandirian pertanian pesantren dengan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi program prioritas pemerintah.
Ia menekankan MBG bukan hanya soal pemerataan gizi anak sekolah, tetapi juga penggerak ekonomi desa.
“MBG ini harus memutar uang di desa. Sayur, ayam, telur, bumbu, nasi, semuanya dari desa untuk desa. Bukan membuat yang kaya makin kaya, tapi membuat masyarakat kecil makin sejahtera,” ujar dia.
Ia juga menekankan dengan jejaring yang luas dan basis sosial yang kuat, pesantren mampu mempercepat adopsi teknologi pertanian, memperkuat kelembagaan petani, dan memperluas pasar produk hortikultura lokal.
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.