Jadi memang industri perhiasan ini merupakan salah satu sektor ataupun komoditi unggulan,

Surabaya (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong kinerja pelaku industri perhiasan dalam negeri seperti emas dan permata agar mampu membuka kesempatan Indonesia menjadi 10 besar industri perhiasan di tingkat global.

“Jadi memang industri perhiasan ini merupakan salah satu sektor ataupun komoditi unggulan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Reni Yanita di International Jewelery Fair (SIJF) 2025, Surabaya, Kamis.

Reni menyebutkan, ekspor perhiasan mencapai 5,06 miliar dolar AS untuk periode Januari sampai Juli atau meningkat 37,72 persen apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ia mengatakan, ekspor total perhiasan sepanjang 2024 hanya sebesar 5,5 miliar dolar AS sehingga mengindikasikan capaian tahun ini akan lebih unggul.

Baca juga: Kemenperin perluas akses pasar industri perhiasan lewat ajang promosi

“Artinya tinggal sedikit lagi rekor tahun lalu sudah terlampaui,” ujarnya.

Menurutnya, capaian tersebut menunjukkan bahwa peran industri perhiasan Indonesia di level global meningkat yakni kini berada di peringkat 12 dalam suplai perhiasan global.

Meski demikian, ia mengingatkan masih terdapat beberapa isu yang harus diperhatikan oleh pelaku industri perhiasan untuk mampu mempertahankan kinerja tersebut.

Ia mencontohkan, adanya isu harga komoditas emas yang melonjak luar biasa beberapa tahun terakhir sehingga mengakibatkan beban bahan baku turut naik.

Baca juga: Kemenperin yakin industri perhiasan dapat topang ekonomi nasional

''Saya lihat ada beberapa yang produsen yang bahkan menurunkan kadar emas untuk perhiasan mereka. Sehingga, harganya tak terlalu memberatkan konsumen,” kata Reni.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Iskandar Husin menuturkan, kenaikan harga emas saat ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku industri.

Ia mengatakan, lonjakan harga emas memang mendorong minat masyarakat untuk membeli perhiasan emas karena nilainya yang dipercaya akan terus naik.

Di sisi lain, daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih pada akhirnya akan menyulitkan pembelian apabila harga perhiasan terlampau mahal.

Baca juga: Kemenperin sebut industri perhiasan RI banyak diminati pasar AS-China

Hal itu menjadi ancaman lantaran meski minat masyarakat terhadap perhiasan sangat tinggi namun apabila harganya terus melambung maka masyarakat akan berpikir kembali untuk memberi perhiasan.

“Karena itu beberapa teman mencoba membuat perhiasan dengan kadar 14 karat. Meskipun porsinya masih kecil. Tapi sebagian besar masih cari yang 16-18 karat,” katanya.

Untuk isu bahan baku, Iskandar berharap pasokan emas domestik bisa diamankan untuk pelaku dalam negeri sehingga tidak terlalu dipengaruhi oleh harga internasional.

“Kalau kita harus impor bahan baku kan juga terpengaruh kurs dolar jadi saya berharap sinergi antarpelaku industri domestik bisa menumbuhkan ekonomi,” katanya.

Baca juga: Kemenperin harap industri perhiasan dalam negeri berinovasi

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.