Setelah polisi turun dalam penanaman jagung ini barulah kita mengetahui ternyata menjadi petani itu kasihan

Batam (ANTARA) - Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Kapolda Kepri) Irjen Pol. Asep Safrudin mengatakan kegiatan penanaman komoditas jagung yang dilaksanakan Polri di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kepri, membantu kesulitan yang dihadapi petani.

Menurut Asep, Polri menanam jagung bukan berarti polisi harus menjadi petani, tetapi membantu program pemerintah melalui Asta cita, sejalan dengan tugas pokok dan fungsi polisi yakni melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat (Harkamtibmas), setelah itu baru penegakan hukum.

“Setelah polisi turun dalam penanaman jagung ini barulah kita mengetahui ternyata menjadi petani itu kasihan,” kata Asep dalam dialog mewujudkan kamtibmas di Kota Batam bersama forum mahasiswa se-Kota Batam yang berlangsung di Kampus Universitas Internasional Batam (UIB), Kamis.

Jenderal polisi bintang dua itu mengatakan berbagai persoalan yang dihadapi petani seperti lahan pertanian, peralatan pertanian, pupuk subsidi, BBM subsidi, hingga pemasaran hasil produk pertaniannya.

Baca juga: Polri gelar tanam jagung kuartal IV guna dukung swasembada pangan

Dia mengisahkan waktu pertama mengajak kelompok tani untuk mengikuti program penanaman jagung pipil (untuk pakan ternak) yang diinisiasi Polri menemui banyak kendala diawal.

“Setelah kami ajak petani itu banyak kendalanya, satu sisi saja kelompok tani harus dicari, dan diajak. Ketika petani bersedia ikut, ternyata mereka tidak memiliki lahan,” ujarnya.

Mengatasi hal itu, Polda Kepri berkoordinasi dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam, pemerintah daerah kota/kabupaten dan swasta yang ada di Kepri untuk meminjamkan lahan tidur jadi tempat penanaman ketahanan pangan Polri.

Baca juga: Bulog tegaskan siap serap jagung hasil tanam Polri demi swasembada

Setelah persoalan lahan selesai, petani membutuhkan peralatan untuk menggarap lahan tersebut dan itu membutuhkan traktor dan lain sebagainya.

“Petani minta traktor, kami minta bantuan ke Gubernur Kepri,” ujarnya.

Kemudian, setelah traktor diperoleh, para petani membutuhkan bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakkan alat pertanian. Namun, petani terkendala meminta surat rekomendasikan dari kepala desa karena birokrasinya menyusahkan.

“Terkait hal ini saya memanggil Bhabinkamtibmas untuk meminta surat rekomendasi dari kades,” paparnya.

Baca juga: Irwasum Polri apresiasi pesantren ikut dukung ketahanan pangan

Selain BBM subsidi, kendala lain yang dihadapi petani adalah pupuk subsidi yang susah didapat. Terlebih wilayah Kepri merupakan kepulauan yang luas daratannya hanya 4 persen.

Petani juga dipersulit dengan menjual hasil pertaniannya. Selama ini petani langsung menjual ke swasta, padahal ada Bulog yang siap untuk menampung produk jagung petani.

Menurut dia, Bulog membeli jagung petani dengan harga yang disubsidi oleh pemerintah. Misalnya 1 kilogram jagung pipil itu dibeli Rp6.500, kemudian untuk dijual kembali seharga Rp5.500.

Baca juga: Kapolri instruksikan personel ajak warga tanam jagung

Melihat rantai persoalan yang dihadapi petani ini, kata Asep, maka itu Polri hadir mengawal program penanaman tersebut. Karena kalau tidak ada pengawalan dikhawatirkan terjadi spekulan, bahkan swasta berani membeli produk petani seharga Rp7.000 sampai Rp7.500/kg. Jagung pipil yang dibeli dari petani tersebut, kemudian diolah menjadi pakan.

Temuan di lapangan, lanjut dia, swasta yang mengambil jagung dari petani, menjual kembali kepada peternak dengan harga lebih mahal, sehingga menyebabkan kenaikan harga jual hewan ternak.

“Yang terjadi adalah masyarakat mengkonsumsi hasil pertanian menjadi mahal, jadi tidak sesederhana itu, kenapa sih polisi turun ke pertanian, ternyata sampai begitu,” ungkapnya.

Baca juga: Polri targetkan tanam jagung 1 juta hektare dukung swasembada pangan

Untuk itu, lanjut dia, Polri harus turun dalam sektor pertanian ini, guna membantu permasalahan yang dihadapi oleh petani.

Program penanaman jagung oleh Polri ini sudah memasuki kuartal IV. Ditargetkan hingga akhir tahun memproduksi 25 ton jagung pipil. Saat ini Polri baru bisa memproduksi 13 ton. Dengan turunnya seluruh jajaran Polri di sektor pertanian, diyakini target produksi jagung pipil meningkat hingga mencapai 40 ton.

“Termasuk polda lainnya, nanti produksi akan over target menjadi 1 juta. Ini akan menjadi pasokan yang luar biasa untuk Bulog yang akan mendistribusikan pakan kepada ternak dengan harga terjangkau. Sehingga konsumen di tingkat hilir akan merasakan harga pasar yang tidak mahal,” ujar Asep.

Baca juga: Polri-Kementan tanam jagung guna wujudkan swasembada pangan 2025

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.