Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di DKI Jakarta berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Jumat pagi masuk peringkat ke-13 yang terburuk di dunia atau berada dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Berdasarkan pantauan pada pukul 06.10 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 102 dengan angka partikel halus atau particulate matter (PM) 2.5.

Sementara itu, kota dengan kualitas udara terburuk pertama di dunia, yaitu Kolkata, India dengan indeks kualitas udara di angka 174. Kemudian, diikuti Lahore, Pakistan, pada urutan ke-2 dengan indeks kualitas udara di angka 170 dan Hanoi, Vietnam, pada urutan ketiga dengan indeks 161.

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta berencana meniru kota-kota besar dunia, seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.

“Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta pada 18 Maret 2025.

Dia mengatakan keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.

Penyampaian data polusi udara, menurut dia, harus lebih terbuka agar intervensi dapat dilakukan secara lebih efektif. Dia pun menilai dalam menangani pencemaran udara, yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi juga langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa.

DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat.

Baca juga: Jaga kualitas udara, 128 kendaraan ikut uji emisi di Jakarta Barat

Baca juga: DLH DKI kembangkan sistem peringatan dini polusi udara

Baca juga: Rano dukung CFD di lima wilayah untuk perbaiki kualitas udara

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.