Seoul (ANTARA News) - Para pejabat Palang Merah Korea Utara dan Korea Selatan pada Senin memulai pembicaraan untuk menyelenggarakan suatu reuni yang langka dan emosional bagi keluarga yang terpisah akibat Perang Korea.

Diskusi yang dilakukan di wilayah perbatasan gencatan senjata Desa Panmunjom itu adalah hasil dari kesepakatan kedua Korea yang dicapai dua pekan lalu untuk mengakhiri kebuntuan militer yang berbahaya dan mengurangi ketegangan lintas-perbatasan.

Namun, mengingat catatan masa lalu Korea Utara yang seringkali memanipulasi isu reuni untuk menyatakan pengaruhnya atas Korea Selatan, tidak ada jaminan acara reuni yang telah direncanakan itu akan terlaksana.

Pembicaraan yang dilakukan pejabat kedua negara Senin ini berfokus untuk memastikan tanggal dan tempat untuk ajang reuni, dan kemungkinan besar reuni itu dilakukan di resort Gunung Kumgang milik Korut kira-kira pada awal Oktober.

Jutaan orang dipisahkan dari sanak saudaranya selama konflik Perang Korea pada 1950-1953 yang meresmikan pembagian antara kedua Korea.

Kebanyakan dari warga Korea yang terpisah itu meninggal tanpa memiliki kesempatan untuk melihat atau mendengar kabar tentang keluarga mereka yang berada di sisi lain dari perbatasan, di mana semua komunikasi sipil dilarang.

Sekitar 66.000 warga Korea Selatan - banyak dari mereka berusia 80-an atau 90-an tahun - berada dalam daftar tunggu untuk reuni, tetapi hanya beberapa ratus orang yang dapat dipilih untuk setiap kali reuni.

Program reuni mulai digalakkan setelah pertemuan puncak bersejarah Korut-Korsel pada 2000, dan awalnya merupakan acara tahunan.

Namun, hubungan lintas-perbatasan yang tegang hanya memungkinkan satu reuni dilaksanakan dalam lima tahun terakhir, dengan beberapa reuni lainnya dibatalkan pada saat terakhir oleh Korea Utara.

Untuk reuni terakhir pada Februari 2014, sistem komputer digunakan untuk memilih 500 calon secara acak, setelah mempertimbangkan usia dan latar belakang keluarga.

Sayangnya jumlah itu berkurang menjadi 200 setelah diadakan wawancara dan pemeriksaan medis, dan kedua Korea menyusun daftar akhir masing-masing 100 orang setelah memeriksa jika kerabat dari orang itu masih hidup di sisi lain.

Untuk warga yang beruntung dapat berpartisipasi, reuni itu merupakan pertemuan yang sangat emosional dan hampir traumatis, dengan banyak peserta lansia jatuh dan menangis ketika mereka berpelukan erat satu sama lain.

Peristiwa itu biasanya berlangsung beberapa hari dan sukacita reuni itu berubah menjadi rasa sakit yang tak terelakkan, yaitu perpisahan pada akhirnya.
(Y012/G003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015