Denpasar (ANTARA) - RSUP Prof Ngoerah di Bali menjadi rumah sakit pemerintah yang kedua meluncurkan alat biopsi robotik untuk deteksi dini kanker prostat.
Dokter Bedah Urologi RSUP Prof Ngoerah I Wayan Yudiana di Denpasar, Jumat, menjelaskan alat ini bekerja membuat hasil biopsi prostat menjadi lebih akurat, sebab dokter akan menggabungkan hasil USG dan MRI untuk melihat ada tidaknya lesi dalam ruang prostat terutama pada laki-laki.
“Kalau dulu menggunakan USG, sekarang kami menggabungkan USG dengan MRI untuk meningkatkan akurasi jadi presisi. Kita bisa melihat ada atau tidak lesi-lesi kecil yang dicurigai sebagai kanker prostat, karena lesi yang kecil itu yang menggambarkan stadium awal,” kata dia.
Dokter Yudiana mengatakan, sebelum ada biopsi robotik ini para dokter kesulitan dalam memastikan pasiennya positif kanker prostat, sebab USG saja cenderung tidak menunjukkan adanya lesi yang ukurannya 1-2 mm itu.
Penderita pun terkadang tidak mengalami gejala kanker prostat seperti sering kencing di malam hari, nyeri saat kencing, sakit tulang, atau kencing mengeluarkan darah, sehingga semakin menyulitkan deteksi.
Pada akhirnya, RSUP Prof Ngoerah baru mendapati pasien positif saat mereka sudah berada pada stadium empat.
Ketika pasien ditemukan sudah pada stadium lanjut, maka waktu harapan hidupnya semakin kecil dan upaya penindakan menjadi terbatas, sementara jika tumor ditemukan lebih awal maka ada waktu panjang untuk pengobatannya.
“Tujuannya itu untuk menemukan kanker stadium awal sehingga kita bisa memberikan pengobatan atau tindakan untuk memperlama usia harapan hidup,” ujarnya.
Baca juga: Mengenal jenis-jenis kanker prostat: Ciri dan tingkat keganasan
Baca juga: Kenali enam faktor yang mengacu risiko kanker prostat pada pria
“Nanti untuk mencapai stadium akhir dia lama mencapai 10-20 tahun, tapi kalau sudah menyebar maka usia harapan hidupnya itu kurang dari lima tahun,” sambung dokter Yudiana.
Dokter spesialis asli Bali itu menyampaikan jika penderita kanker prostat lebih awal ditangani maka rumah sakit dapat melakukan tindakan pengobatan berupa pembedahan atau penyinaran radiasi, namun apabila ditemukan pada stadium lanjut maka upaya yang bisa dilakukan pemberian obat-obatan dan kemoterapi dengan biaya yang jauh lebih tinggi bahkan tidak ditanggung BPJS.
Oleh karena itu, RSUP Prof Ngoerah menjadikan peluncuran biopsi robotik ini langkah baru dalam mempercepat penangan kanker prostat, apalagi bagi laki-laki, keganasan ini menjadi yang tertinggi kedua menyerang tubuh setelah kanker paru.
Lebih lanjut, dokter Yudiana membandingkan langkah diagnosa terbaru dengan yang sebelumnya, di mana jika saat ini rumah sakit bisa lebih akurat mendeteksi dan presisi mengambil kelenjar lesi untuk diuji di patologi, dahulu tidak demikian.
Pada awalnya dokter hanya menggunakan tuntunan tangan atau colok dubur, dengan memasukkan jarum melalui anus untuk menusuk jaringan di dalam prostat, di mana ada risiko infeksi pada prosedur ini karena banyak kotoran di area tersebut.
Kemudian berkembang dengan tuntunan USG masuk ke dalam rektum bersama jarum untuk biopsi, dan terakhir berkembang lagi dengan USG tetap masuk namun berbeda area dengan jarum, namun ketiga ini tetap menghasilkan diagnosa kurang akurat.
Kesuksesan alat canggih generasi baru ini sudah dibuktikan RSUP Prof Ngoerah terhadap lima orang pasien pada tahap awal sebelum diluncurkan siang ini.
Dengan hadirnya biopsi robotik, dokter Yudiana mengajak masyarakat Bali memanfaatkan prosedur baru ini, apalagi setelah diketahui banyak yang datang dari Bali ke Jakarta berobat sementara saat ini teknologi yang sama sudah ada di Pulau Dewata.
Baca juga: Gejala pembesaran prostat dapat mengganggu kualitas hidup pria
Baca juga: RSCM jadi pusat pelatihan tata laksana pembesaran prostat jinak
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.