Beijing (ANTARA) - Wang Hao, seorang mahasiswa dari Tianjin, China utara, mengantre selama hampir lima jam di luar Museum Istana di Beijing untuk melihat "Five Oxen", lukisan kertas China tertua di dunia karya seniman abad kedelapan, Han Huang.
Lukisan kuno tersebut, beserta peninggalan budaya tak ternilai lainnya, dipamerkan dalam sebuah ekshibisi khusus yang diselenggarakan oleh Museum Istana Beijing untuk memperingati 100 tahun pendirian museum itu pada Jumat (10/10).
Wang berada di antara gelombang pengunjung yang berbondong-bondong mengunjungi museum tersebut, yang terletak di situs Kota Terlarang, saat musim libur Hari Nasional China dan Festival Pertengahan Musim Gugur yang baru saja berakhir.
"Jika Anda benar-benar berdiri di depan lukisan itu dan melihat sapuan kuas yang dibuat lebih dari seribu tahun lalu, Anda akan mengerti mengapa penantian ini sepadan," kata Wang, penuh kegembiraan.
Selama berabad-abad, masyarakat biasa hanya dapat melihat sekilas atap kuning istana dari balik tembok istana yang menjulang tinggi, sementara misteri dunia di dalamnya hanya sekadar imajinasi bagi mereka.
Pada 10 Oktober 1925, Museum Istana didirikan di Kota Terlarang, yang dulunya merupakan istana kekaisaran Dinasti Ming (1368-1644) dan Qing (1644-1911).
Pada tanggal tersebut, Museum Istana pertama kali dibuka untuk umum, bersama dengan koleksi seni kekaisaran di dalamnya yang tak ternilai harganya.
"Harta karun yang dulunya hanya disimpan untuk para kaisar kini menjadi warisan budaya bersama bagi seluruh bangsa China. Perubahan ini sungguh inovatif dan bersejarah," ujar Shan Jixiang, mantan kurator Museum Istana.
Saat ini, Museum Istana termasuk di antara museum-museum yang paling banyak dikunjungi di dunia. Pada 2009, jumlah pengunjungnya melampaui angka 10 juta untuk pertama kalinya, dan jumlah itu meningkat menjadi 17,6 juta pada 2024.
Dalam beberapa tahun terakhir, Museum Istana telah mendokumentasikan secara digital lebih dari 1 juta artefak dan struktur kuno, serta menyediakan gambar-gambar beresolusi tinggi dari 100.000 lebih artefak yang dapat dilihat secara daring. Hal ini sangat meningkatkan akses publik untuk menyaksikan koleksinya.
Agar semakin banyak peninggalan budayanya yang dapat diakses publik, Museum Istana sedang membangun cabang baru di Distrik Haidian, Beijing.
Dengan area ekshibisi seluas 33.000 meter persegi, cabang baru tersebut akan dapat memamerkan 20.000 hingga 30.000 relik setiap tahun, dua hingga tiga kali lipat dari jumlah yang dipamerkan di Museum Istana, ungkap pejabat museum.

Pengalaman Modern
Dengan latar belakang dinding merah dan ubin kuning yang mengilap, banyak pengunjung muda yang mengenakan pakaian tradisional berpose untuk difoto di Museum Istana, membenamkan diri ke dalam suasana kompleks berusia lebih dari 600 tahun tersebut.
Di restoran-restoran yang ada di museum tersebut, pengunjung juga dapat menikmati es krim berbentuk patung-patung hewan yang bertengger di atap bangunan istana. Salah satu restoran itu pernah menjadi tempat penyimpanan es keluarga kerajaan pada masa Dinasti Qing (1644-1911).
Di dalam maupun di luar museum, produk-produk dagangan (merchandise) yang berkaitan dengan Museum Istana semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Di antara hampir 20.000 produk budaya dan kreatif, Kalender Museum Istana menjadi favorit para konsumen.
Diterbitkan setiap tahun selama 17 tahun berturut-turut, kalender itu membukukan sirkulasi kumulatif lebih dari 8,5 juta eksemplar. Edisi 2025, yang berisi gambar 400 benda pameran dari koleksi museum yang beragam, terjual sebanyak 1,2 juta eksemplar.
Beberapa pembeli mencari inspirasi dari pola-pola artefak yang terdapat di kalender tersebut, sementara pembeli lainnya menganggap kalender itu sebagai cara untuk memperkenalkan budaya tradisional kepada anak-anak mereka. "Bagi saya, ini kalender terindah, kaya gambar dan teks. Sungguh layak untuk dikoleksi," komentar seorang warganet.
Melalui produk-produk tersebut, Museum Istana menciptakan hubungan yang bermakna antara budaya tradisional dan kehidupan kontemporer.
Pertukaran Budaya
Dengan pengaruh globalnya yang kian besar, Museum Istana semakin menjadi pintu gerbang pertemuan berbagai budaya.
Sebelumnya pada tahun ini, Museum Istana menyelenggarakan pameran tentang peradaban Minoa Yunani. Diselenggarakan bersama oleh Museum Istana, Museum Arkeologi Heraklion, dan otoritas budaya Yunani lainnya, pameran itu menghadirkan 172 artefak berharga. Pameran itu menjadi pameran peradaban Minoa akbar pertama yang pernah diadakan di China.
Data resmi menunjukkan bahwa sejak 2012, Museum Istana telah menyelenggarakan hampir 30 pameran budaya dari Asia, Eropa, dan Amerika, serta menggelar 79 pameran di luar negeri.
Museum Istana juga bekerja sama dengan banyak institusi, seperti Museum Louvre, British Museum, dan Metropolitan Museum of Art, untuk bersama-sama menyelenggarakan pameran dan forum akademis serta mendorong proyek-proyek digital.
Upaya-upaya ini menjadikan Museum Istana meraih reputasi internasional sebagai institusi yang inklusif. Pada Mei lalu, untuk memperingati 100 tahun berdirinya Museum Istana, Administrasi Pos PBB (UN Postal Administration) menerbitkan lembaran prangko peringatan, yang pertama kalinya didedikasikan untuk satu museum.
"Melalui pameran, penelitian, dan kolaborasi internasionalnya, Museum Istana telah membawa peradaban China ke dalam perbincangan tingkat dunia," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Dukungan Operasional Atul Khare dalam upacara peluncuran prangko tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.