Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Indroyono Soesilo menyebut riset beras berprotein tinggi dan rendah glikemik sebagai terobosan yang dapat menjawab tantangan kesehatan global.
Hal itu ia sampaikan dalam webinar "Unlocking Rice'’s Hidden Power: A Path to World Health Transformation" di Washington pada 8 Oktober, seperti dikutip dari rilis pers Kedutaan Besar RI (KBRI) di kota itu pada Sabtu (11/10).
"Karya Profesor Herry merupakan contoh nyata bagaimana sains dan diplomasi dapat berjalan beriringan," kata Indroyono, merujuk pada ilmuwan Indonesia Herry S. Utomo, profesor di Louisiana State University (LSU) yang menjadi pembicara utama.
Webinar tersebut digelar oleh KBRI Washington sebagai bagian dari diplomasi ilmiah antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Indroyono menekankan bahwa riset itu menunjukkan kontribusi nyata Indonesia dalam memajukan penelitian pangan berkelanjutan dan kesehatan global. Inovasi tersebut juga sejalan dengan agenda Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam Asta Cita.
Dalam paparannya, Herry menjelaskan bahwa varietas beras inovatif seperti Frontière mengandung protein 50 persen lebih tinggi dibanding beras biasa, dengan indeks glikemik rendah (41), bermanfaat bagi penderita diabetes dan obesitas.
Beras itu juga mengandung γ-oryzanol untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah, serta pati resisten yang meningkatkan kesehatan usus dan memberi rasa kenyang lebih lama.
"Selama ini, beras dianggap hanya sumber kalori kosong. Padahal dengan pendekatan ilmiah, beras bisa menjadi pangan fungsional yang berkontribusi besar bagi kesehatan global," kata Herry.
Indroyono menambahkan, Indonesia ingin menggabungkan peningkatan produksi dengan perbaikan nilai gizi guna mencapai kedaulatan pangan yang menjamin kesehatan masyarakat.
Ia berharap Indonesia dapat memperkuat perannya dalam mendukung ketahanan pangan global karena "swasembada pangan kini bukan hanya soal volume produksi, tetapi juga kualitas gizi."
KBRI Washington, kata dia, berkomitmen memperkuat diplomasi di bidang pendidikan, sains, dan teknologi dengan menjembatani penelitian inovatif dan kolaborasi diaspora Indonesia untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan dan inklusif.
Baca juga: Dubes baru RI di AS akan perkuat kerja sama, perlindungan WNI
Baca juga: Dubes Indroyono sebut 100 ribu WNI di AS belum lapor diri ke kedutaan
Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.