Kendari (ANTARA) - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebut perhelatan STQH Nasional ke-28 di Kendari, Sulawesi Tenggara merupakan sebuah wasilah spiritual dan kekuasaan untuk menyemai generasi Quran dan Hadis yang unggul, tangguh, dan berdaya saing di tengah tantangan global.
Menag RI Nasaruddin Umar di Kendari, Sabtu malam, mengatakan bahwa ajang STQH tahun ini mengangkat tema besar "Syiar Al-Qur'an dan Hadis, Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan."
"Tema ini tidak hadir di ruang kosong. Di tengah meningkatnya ketegangan sosial dan tantangan ekologis, Al Quran dan dan Hadis sebagai suara kenabian yang menyuruh pada harmoni kasih sayang datang menjawab," kata Nasaruddin Umar saat membuka kegiatan STQH Nasional ke-28 di Kendari.
Dia menyebutkan melalui penyelenggaraan STQH pihaknya tidak hanya berupaya menumbuhkan cinta pada wahyu, tetapi juga menyemai semangat ekoteologis.
"Ekoteologis adalah kesadaran bahwa mencintai bumi adalah bagian daripada iman dan merawat lingkungan adalah bentuk zikir sosial. Sebab dalam setiap ayat yang berbicara tentang alam, selalu terselip pesan keseimbangan dan keadilan ekologis. Maka mencintai Al Quran adalah mencintai bumi dan sesama," ujarnya.
Baca juga: Kemenag: Pawai STQH Nasional simbol persatuan dan kerukunan umat
Baca juga: STQH Nasional dorong peningkatan ekonomi di Sultra
Nasaruddin Umar menjelaskan jika di tengah era yang penuh disrupsi, kehadiran para penghafal Al Quran dan Hadis menjadi oase spiritual dan penjaga nilai, yang disebut sebagai cahaya di tengah kabut zaman.
"Kita butuh mereka di setiap lini kehidupan, di sekolah, tempat kerja, di ruang pengambilan kebijakan, di media, bahkan di ekosistem digital. Karena merekalah yang akan menjaga arah bangsa ini tetap berada di jalan yang adil, beradab, dan berakhlak mulia," jelasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa STQH ini merupakan bagian dari upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia sebagaimana tertuang dalam Nawa Cita Presiden RI, khususnya Cita Keempat untuk memperkuat pembangunan manusia yang berkualitas dan berdaya saing, serta Cita Kedelapan untuk memperkuat toleransi antarumat beragama.
"Kita ingin Al Quran dan Hadis tidak hanya hidup di ruang ibadah, tetapi menjadi sumber nilai di dalam membangun masyarakat yang merangkul keberagaman, menjunjung persaudaraan, dan menjamin keadilan bagi semua lapisan," ungkapnya.
Selain aspek spiritual dan sosial, Kementerian Agama juga berkomitmen mengoptimalkan potensi ekonomi lokal melalui STQH.
"Pameran UMKM, bazar rakyat, dan produk-produk lokal adalah bentuk nyata sinergi antara spiritualitas dan pemberdayaan. Sebab kita percaya, keberkahan wahyu tidak hanya menghidupkan jiwa, tetapi juga harus menjelma menjadi kesejahteraan umat di bumi," tambahnya.
Baca juga: 38 provinsi se-Indonesia ramaikan Pawai Taaruf STQH 2025 di Kendari
Baca juga: Menag RI lantik Dewan Hakim dan Dewas STQH Nasional di Kendari
Pewarta: La Ode Muh. Deden Saputra
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.