Anak-anak lebih tertarik belajar karena ada tampilan visual dan suara. Mereka bisa langsung berinteraksi dengan layar

Jakarta (ANTARA) - Pemanfaatan teknologi Interactive Flat Panel (IFP) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Trituna, Kabupaten Subang, Jawa Barat, terbukti meningkatkan minat belajar dan kreativitas siswa berkebutuhan khusus.

Guru kelas SLB Negeri Trituna, Edwin Waliudin, mengatakan perangkat IFP atau papan interaktif digital yang diterima sekolah sebagai bantuan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) itu kini menjadi media pembelajaran interaktif yang diminati para siswa.

“Anak-anak lebih tertarik belajar karena ada tampilan visual dan suara. Mereka bisa langsung berinteraksi dengan layar,” katanya saat ditemui dalam kunjungan kerja tim Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemendikdasmen di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin.

Menurut dia, penggunaan IFP dilakukan secara bergantian di setiap kelas dengan dukungan aplikasi pembelajaran Teman Belajar dan Ruang GTK yang merupakan aplikasi bawaan Gerakan Merdeka Belajar Merah Putih.

Teknologi tersebut memungkinkan guru menampilkan video, animasi, serta simulasi pembelajaran yang lebih mudah dipahami siswa.

Baca juga: Revitalisasi sekolah tingkatkan semangat belajar siswa SLB di Subang

Selain mendukung pembelajaran tematik, lanjutnya, IFP juga membantu siswa tunanetra melalui integrasi dengan alat bantu huruf Braille dan perangkat suara.

“Akses internet di sekolah cukup mendukung, jadi guru bisa memperkaya materi dari berbagai sumber daring,” ujarnya di hadapan Ma'ruf El Rumi, Staf Khusus Menteri Dikdasmen Bidang Komunikasi dan Media itu.

Salah satu siswa, Irfan Agustia (20), penyandang disabilitas netra yang duduk di kelas 3 SMA SLB Trituna, mengaku tiga pekan terakhir semangatnya untuk belajar belajar meningkat setelah guru mulai memanfaatkan papan interaktif digital tersebut.

Dia menilai teknologi itu memudahkannya mempelajari matematika sebagai mata pelajaran yang paling digemarinya.

“Saya jadi lebih semangat belajar matematika karena tampilannya interaktif. Tahu bagaimana geometri itu dipelajari. Saya berterima kasih kepada Bapak Presiden dan Bapak Menteri yang sudah memberi alat ini,” kata dia yang bercita-cita menjadi pengusaha di bidang sembako berbasis teknologi.

Baca juga: Mendikdasmen: Pengiriman papan interaktif ditargetkan selesai Desember

Sementara itu, Raka (16), siswa kelas 10 yang juga tunanetra, mengaku pengalaman belajar dengan teknologi menjadi lebih menyenangkan. “Kami bisa mengimajinasikan bentuk lewat suara dan robotik yang terhubung ke IFP. Saya jadi lebih suka belajar dan bermain musik,” ujarnya.

Siswa lainnya, Fadli Ubai (13), yang kini duduk di kelas 1 SMP, menyebut pembelajaran digital dengan IFP membuatnya lebih berani tampil dan aktif di kelas. “Kalau tampil di depan layar besar, rasanya seperti main sambil belajar,” katanya.

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat menyebutkan progres atau kemajuan pengiriman papan interaktif pintar atau IFP telah mencapai sekitar 10 persen dari target 330 ribu sekolah yang diharapkan presiden untuk mendapatkannya pada 2025.

Tahap pertama mulai didistribusikan ke sekolah-sekolah di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Adapun untuk wilayah lainnya, proses distribusi akan dilakukan pada tahap berikutnya.

Baca juga: Kemendikdasmen: Penyaluran IFP tidak hambat program prioritas lain

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.