Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya mengungkapkan aksi pilah sampah merupakan upaya dalam rangka mewujudkan kota cerdas yang manusiawi di Indonesia.
"Kota cerdas yang memanusiakan penduduknya membutuhkan ekosistem kolaboratif, dari perencanaan presisi sampai membentuk kebiasaan warganya di level rumah tangga," ujar Direktur Jenderal Cipta Karya Dewi Chomistriana dalam sambutan yang disampaikan Sekretaris Ditjen Cipta Karya Dian Irawati dalam acara Women's Talk: “Kelola Sampah dari Rumah” di Jakarta, Senin.
Menurut dia, infrastruktur akan berfungsi secara efektif ketika disertai perilaku yang sesuai, terutama budaya pilah sampah sejak dini.
Indonesia saat ini berhadapan dengan timbunan sampah lebih dari 68 juta ton per tahunnya sejak tahun 2021. Sebagian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih beroperasi dengan ditumpuk secara terbuka di suatu lokasi atau open dumping yang memicu emisi gas rumah kaca, terutama metana.
Baca juga: Menteri LH ingatkan sampah dapat jadi faktor dalam kejadian bencana
Pemerintah menargetkan 100 persen pengelolaan sampah nasional pada 2029 melalui langkah-langkah kunci yaitu riviu izin operasional 343 TPA yang belum memenuhi standar, penguatan pemilahan dari sumber.
Kemudian percepatan transisi menuju metode penumpukan, pemadatan, dan penimbunan sampah dalam lokasi berbentuk cekung atau sanitary landfill yang terukur dan ramah lingkungan.
Sebagai informasi, Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, menegaskan pentingnya komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Menurut dia, Pemda harus mengambil peran utama melalui inovasi dan aktif melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah, khususnya dalam pemilahan sampah di tingkat rumah tangga.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.