Taiyuan (ANTARA) - Cahaya pertama fajar menyelinap di atas tebing-tebing terjal, menciptakan bayangan panjang di sepanjang jalan sempit di Lembah Xiya yang berada jauh di dalam area Pegunungan Taihang yang menjulang tinggi di China utara.

Sebuah kelompok yang terdiri dari sekitar 20 pengunjung dari Korea Selatan berdiri di tepi lembah itu, mata mereka terbuka lebar penuh kekaguman. Tebing-tebing itu menjulang megah di sekitar mereka, dan dedaunan musim gugur menghiasi lanskap dengan semburat merah dan emas yang cerah.

"Tebing-tebingnya luar biasa, dan pemandangan musim gugur sangat indah dan menyegarkan," kata Kim Ji-min dari rombongan wisata itu.

Lembah Xiya di wilayah Lingchuan, Provinsi Shanxi, dulu hampir terisolasi dari dunia luar karena tebing-tebing tinggi dan medan yang terjal.

Selama puluhan tahun, tempat ini dianggap sebagai lokasi terisolasi yang tidak dapat dijangkau, sebuah permata tersembunyi yang hanya diketahui oleh segelintir orang beruntung.

Namun, penduduk desa setempat bertekad mengubah keadaan itu, memendam hasrat untuk keluar dari keterasingan mereka.

Menurut Zhang Jiajia, pemandu wisata di objek wisata Wangmangling, penduduk Lembah Xiya memulai usaha mereka pada 1962.

Selama tiga generasi dan tiga dekade, mereka membangun sebuah jalan di tepi tebing sepanjang 7,5 kilometer yang dikenal sebagai "jalur langit" di dinding curam Wangmangling dengan hanya menggunakan bor baja dan palu.

Jalur tersebut, dengan perbedaan elevasi vertikal 600 meter, adalah bukti ketekunan dan kecerdikan mereka. Berkat "jalan yang menggantung di tebing" ini, Lembah Xiya kini begitu hidup.

Lembah ini memadukan kemegahan pegunungan yang menjulang dengan ketenangan air jernih yang memesona, menjadikannya sebagai destinasi yang cocok untuk wisata kesehatan dan kebugaran.

Pada Juni 2024, Resor Wisata Lembah Xiya Taihang (Taihang Xiya Valley Tourist Resort) ditetapkan sebagai resor wisata tingkat nasional, yang pertama dan satu-satunya dari jenisnya di Shanxi.

"Musim panas di sini berarti tidak ada nyamuk, tidur dengan selimut bahkan pada hari-hari terpanas," ujar penduduk setempat, menggambarkan lingkungan lembah tersebut yang masih alami.

Dengan rata-rata suhu musim panas di angka 22 derajat Celsius dan cakupan hutan lebih dari 96 persen, Lembah Xiya dianggap sebagai tempat peristirahatan alami untuk kesehatan dan rekreasi.

Bagi Feng Wenjuan, seorang pengunjung dari Zhengzhou, Provinsi Henan, China tengah, ini kali kedua dirinya mendatangi lembah itu dengan mengemudikan sendiri kendaraannya.

"Lembah Xiya tidak terlalu dikomersialkan. Anda benar-benar bisa menikmati pemandangan alam yang masih terjaga di sini. Ini adalah tempat yang sempurna untuk bersantai," kata Feng, seraya menambahkan bahwa air yang sejuk dan jernih menjadikannya sebagai tempat bermain ideal bagi anak-anak.

Zhang mengatakan bahwa dari Januari hingga Agustus 2024, lembah ini menerima sekitar 910.000 pengunjung, dan total pengunjung tahun ini telah mencapai sekitar 1,1 juta, menandai pertumbuhan lebih dari 20 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Penduduk desa di Lembah Xiya juga merasakan manfaat dari pariwisata. "Kami sedang bersungguh-sungguh mengembangkan sebuah model yang mengintegrasikan homestay, pariwisata budaya, dan kebugaran," kata Guo Yudong, seorang pejabat desa di Lembah Xiya.

Hingga akhir 2024, pendapatan kolektif desa itu telah melampaui 1 juta yuan (1 yuan = Rp2.327). Rata-rata pendapatan rumah tangga diperkirakan akan melebihi 100.000 yuan tahun ini, tambah Guo.

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.