Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengusaha nasional sangat mengharapkan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan segera menyetujui pembangunan udara berskala internasional di Kabupaten Lebak, Banten.

"Presiden Joko Widodo dan Gubernur Banten Rano Karno telah menyetujui pembangunan bandara di Kabupaten Lebak ini. Menhub Ignasius Jonan minta agar tata ruang udara tempat latihan direvisi karena berdekatan dengan lembaga pendidikan Curug. Usulan revisi sudah kami kirimkan tapi belum dikeluarkan persetujuannya oleh Pak Jonan," kata Direktur PT Maja Raya Indah Semesta, Ishak kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Ishak menjelaskan bandara Lebak ini akan menjadi alternatif bagi Bandara Soekarno-Hatta yang juga berada di Provinsi Banten, yang sudah terasa amat padat saat ini apalagi di masa mendatang.

Ia mengatakan sejumlah pengusaha dari Singapura, Tiongkok hingga Prancis siap membantu.

Menurut dia, pihaknya menyiapkan lahan tidak kurang 5.500 hektare yang mana 2.000 ha di antaranya adalah untuk bandar udara atau airport dari yang telah dibebaskan adalah 1.500 ha.

Sisanya untuk berbagai kebutuhan lainnya seperti jalur kereta api dan berbagai proyek lainnya seperti gudang pendingin atau cold storage.

Bandara yang mampu menampung tidak kurang dari 100 juta penumpang tiap tahunnya itu memerlukan dana triliunan rupiah. Pembangunan bandaranya saja memerlukan dana sekitar Rp7,5 triliun.

Ketika ditanya apakah revisi yang dikehendaki Menhub Jonan sudah dilaksanakan atau belum, Ishak menjelaskan bahwa revisi itu sudah dilaksanakan bahkan telah dikirimkan pada bulan Juli.

Namun, sampai sekarang jawaban Menhub belum juga diterimanya.

"Saya tidak berdiri sendiri karena ada pengusaha- pengusaha luar negeri yang siap membantu. Karena dolar sedang menguat maka tentu mereka tetap merasa optimis," kata Ishak.

Ketika ditanya tentang revisi tata ruang udara bandara yang dianggap berdekatan dengan lembaga pendidikan Curug, ia mengatakan tidak ada masalah. Dicontohkan, di Inggris juga terjadi berdekatannya antara bandara dengan tempat latihan.

"Namun hal itu bisa diatasi apalagi ada petugas pengatur lalu lintas udara atau air traffic control atau ATC," kata Ishak.

Ketika ditanya apakah biaya triliunan rupiah itu akan tertutupi, kemudian Ishak mengacu pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemasukan dari bandara ini bisa mencapai hingga Rp500 triliun tiap tahunnya.

Ia juga menyebutkan bahwa selama masa pembangunan atau rekonstruksi ribuan pekerja bisa diserap apalagi kini

Indonesia menghadapi masalah penyediaan lapangan kerja.

"Jadi pada dasarnya tidak ada masalah bagi pembangunan bandara ini," kata Ishak.

Direktur PT Maja Raya Indah Semesta ini menyebutkan bahwa begitu izin Menhub diterbitkan maka pihaknya bisa segera melakukan pembangunan sekitar dua tahun.

Ishak Ishak kemudian berkata para calon mitranya itu segera menginginkan kepastian dari Kementerian Perhubungan agar dana mereka bisa segera disalurkan. Bandara ini direncanakan akan memiliki empat run way. Pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun, sudah ada persetujuan para pejabat negara.

"Kami tinggal menunggu izin Menhub saja apalagi kami suap siap," kata Ishak yang tetap merasa optimistis proyek ini akan disetujui Kemhub. walaupun proyek ini sudah terlambat beberapa bulan.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015