Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih mendukung sastra lokal, seperti sastra lokal Tegal, Jawa Tengah, dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
"Semarak Budaya itu mempunyai makna satu perlindungan budaya. Jadi, Tegal itu punya kekhasan Jawa tetapi berbeda, bukan Sunda tetapi Jawa, Nah, bahasanya saja berbeda, kemudian nanti ada budaya-budaya lain seperti tari dan sebagainya," kata Fikri, dikutip di Jakarta, Rabu.
Dukungan agar kekayaan lokal Tegal, khususnya sastra, diintegrasikan ke pendidikan itu dikemukakan dalam kegiatan Rembuk Budaya Tegal di Pelataran Sastra Piek Ardiyanto Supriyadi, Kota Tegal.
Acara yang digelar pada masa reses anggota dewan itu diselenggarakan berkat kerja sama antara DPR dan Kementerian Kebudayaan RI dan bertujuan merawat serta mengembangkan kekayaan budaya lokal. Acara itu dihadiri oleh puluhan seniman, budayawan, dan generasi muda.
Fikri berharap kegiatan rembuk budaya itu menjadi momentum untuk memperkuat kekhasan budaya Tegal serta memastikan kekayaan lokal tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dikembangkan dengan kreativitas agar tetap relevan.
Baca juga: Kemenbud mulai penerjemahan sastra klasik dukung karya lokal mendunia
Legislator dari daerah pemilihan Jawa Tengah IX yang meliputi Kabupaten dan Kota Brebes serta Tegal itu menegaskan bahwa kegiatan tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Pemajuan budaya harus mencakup empat pilar utama, yakni perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan,” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengemukakan bahwa pihaknya senantiasa memberikan dukungan kepada subsektor yang berkaitan dengan pemajuan kebudayaan.
“Begitu juga dukungan kepada komunitas dalam berbagai bentuk baik sarana-prasarana, dukungan dalam berbagai macam event, festival-festival internasional. Misalnya, kita hampir hadir di semua festival film internasional dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan sebagian mempunyai prestasi, sebagian besar kita mendapatkan pencapaian. Begitu juga untuk seni dan juga ekspresi budaya lain,” ujar Fadli Zon.
Baca juga: Perpusnas ajak penulis kolaborasi angkat nilai lokal di daerah
Fadli menjelaskan bahwa tak hanya seni yang menjadi fokus pihaknya, namun juga manuskrip, bahasa, sastra, pangan tradisional, permainan tradisional, olahraga tradisional, dan lainnya.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.