Beijing (ANTARA) - Ketika Administrasi Pangan dan Cadangan Strategis Nasional (National Food and Strategic Reserves Administration/NFSRA) China mengumumkan bahwa negara itu telah memastikan ketahanan pangan bagi 1,4 miliar penduduknya dalam lima tahun terakhir, hal ini turut menyoroti signifikansi lebih luas dari pencapaian tersebut bagi ketahanan pangan global.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Beijing pada Selasa (14/10), Kepala NFSRA Liu Huanxin memaparkan serangkaian data yang menunjukkan pasokan pangan yang cukup dan operasi pasar pangan yang stabil di China selama periode Rencana Lima Tahun ke-14 (2021-2025).

Menurut data tersebut, output biji-bijian tahunan China secara konsisten berada di atas 650 juta ton selama lima tahun terakhir.

Pada 2024, output biji-bijian China melampaui 700 juta ton untuk pertama kalinya, dan kepemilikan biji-bijian per kapita mencapai 500 kilogram, lebih tinggi dari batas ketahanan pangan yang diakui secara internasional, yaitu 400 kilogram per kapita.

Saat berbicara tentang pencapaian ini, Liu menyebut bahwa China telah mencapai swasembada dasar dalam produksi biji-bijian dan ketahanan absolut dalam penyediaan bahan pangan pokok.

Pencapaian ini didukung oleh kebijakan ketat China untuk memastikan agar total luas lahan pertaniannya tidak berada di bawah garis merah, yakni 120 juta hektare, dan upayanya dalam membangun lahan pertanian berstandar tinggi, serta penerapan teknologi pertanian yang canggih.

Menurut Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China, saat ini, lebih dari 66,7 juta hektare lahan pertanian berstandar tinggi telah dibangun di China. Sementara itu, tingkat penetrasi mesin dalam produksi pertanian telah melampaui 75 persen, 13 poin persentase lebih tinggi dibandingkan level 10 tahun lalu. ANTARA/Xinhua.

Menurut Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China, saat ini, lebih dari 66,7 juta hektare lahan pertanian berstandar tinggi telah dibangun di China. Sementara itu, tingkat penetrasi mesin dalam produksi pertanian telah melampaui 75 persen, 13 poin persentase lebih tinggi dibandingkan level 10 tahun lalu.

Dalam konferensi kerja sama pertanian pada Senin (13/10) di Zhengzhou, Provinsi Henan, China tengah, yang dihadiri oleh pejabat pemerintah, pakar, dan perwakilan bisnis dari China dan ASEAN, pemerintah China mengatakan bersedia berbagi pengalaman, teknologi, dan peluang pembangunan dengan ASEAN guna mendorong pembangunan pertanian yang lebih hijau, lebih cerdas, dan lebih stabil di kawasan tersebut.

"Melalui upaya berkesinambungan, China, yang memiliki hanya sembilan persen lahan subur dunia dan enam persen sumber daya air tawar dunia, telah mencukupi kebutuhan pangan bagi hampir seperlima populasi dunia. Hal ini sendiri merupakan kontribusi besar bagi ketahanan pangan global," ujar Liu.

Di luar pencapaian domestiknya, China juga secara aktif berupaya memperdalam kerja sama internasional di bidang pangan dan pertanian, yang memainkan peran penting dalam memajukan industri pangan global dan menjaga ketahanan pangan seluruh dunia, ujar pejabat itu.

Upaya ini tercermin dalam inisiatif-inisiatif negara tersebut untuk membagikan keahlian pertanian dengan negara-negara berkembang lainnya, termasuk negara-negara di Afrika, melalui pertukaran teknologi, program penelitian dan pelatihan bersama, serta partisipasi aktif dalam tata kelola pangan dunia.

Pertanian merupakan aspek kerja sama yang penting dalam 10 aksi kemitraan yang diumumkan oleh China tahun lalu untuk memperdalam kerja sama China-Afrika.

Berdasarkan aksi kemitraan untuk pertanian dan mata pencaharian, China tahun lalu berjanji menyediakan bantuan pangan darurat senilai 1 miliar yuan (1 yuan = Rp2.321) bagi Afrika, mengembangkan 100.000 mu (1 mu = 0,067 hektare) lahan pertanian percontohan terstandardisasi, mengirim 500 pakar pertanian, serta membentuk aliansi inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian China-Afrika.

Qian Yi, wakil kepala NFSRA, mengatakan bahwa teknologi-teknologi baru memainkan peran besar dalam memajukan pengembangan rantai pasokan pangan China yang berkualitas tinggi. Sebagai contoh, China kini menjadi salah satu negara dengan teknologi penyimpanan biji-bijian paling canggih di dunia.

Dalam konferensi kerja sama pertanian pada Senin (13/10) di Zhengzhou, Provinsi Henan, China tengah, yang dihadiri oleh pejabat pemerintah, pakar, dan perwakilan bisnis dari China dan ASEAN, pemerintah China mengatakan bersedia berbagi pengalaman, teknologi, dan peluang pembangunan dengan ASEAN guna mendorong pembangunan pertanian yang lebih hijau, lebih cerdas, dan lebih stabil di kawasan tersebut. ANTARA/Xinhua.


Menjelang Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap 16 Oktober, kesadaran akan kerawanan pangan global dan malanutrisi pun semakin meningkat. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), 673 juta penduduk dunia masih menghadapi kelaparan, sementara 2,3 miliar orang mengalami kerawanan pangan.

Di sebuah acara pameran yang dibuka baru-baru ini di Roma dalam rangka merayakan delapan dekade kerja sama internasional dalam memerangi kelaparan dan mengubah sistem pertanian bahan pangan, Wakil Direktur Divisi Produksi dan Perlindungan Tanaman FAO Chikelu Mba menggarisbawahi perlunya kemitraan global yang lebih kuat untuk membuat inovasi pertanian dapat diakses oleh semua orang.

"Hanya 40 tahun yang lalu, China menghadapi kerawanan pangan dan malanutrisi," ujar Mba. "Keberhasilannya dalam mengentaskan ratusan juta orang keluar dari kemiskinan dan kelaparan menjadi contoh valid yang dapat direplikasi melalui kerja sama Selatan-Selatan dan kerja sama triangular."

Selama pertemuan menteri pertanian G20 yang diadakan bulan lalu di Cape Town, Afrika Selatan, pemerintah China meminta para pihak untuk meningkatkan dukungan finansial, teknologi, dan pasar bagi negara-negara berkembang, mengurangi pembatasan pada pertukaran teknologi tinggi, serta mendorong pengembangan digital dan cerdas dalam industri pertanian.

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.