Jakarta (ANTARA) - Shopee Indonesia bersama Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan Siberkreasi meluncurkan buku Antisipasi Modus Penipuan (AMAN), panduan praktis untuk mengenali dan menghindari berbagai modus penipuan daring.

Peluncuran ini menjadi bagian dari kampanye #TakKenalMakaTakAman yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman penipuan digital.

“Saat ini tantangannya bukan hanya sekadar teknologi, tapi juga membangun ekosistem yang melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, platform digital, publik figur, dan komunitas untuk menyatukan visi dan persepsi dalam memberikan edukasi serta literasi digital kepada masyarakat.” ujar Kepala Pusat Pengembangan Literasi Digital Komdigi Rizki Ameliah, di Jakarta, Rabu.

Rizki menyambut baik langkah ini sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem literasi digital yang kuat di Indonesia. Sementara itu Head of Corporate Affairs Shopee, Satrya Pinandita, menegaskan komitmen Shopee menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna.

“Kami ingin memastikan setiap pengguna dapat berbelanja, berjualan, dan berinteraksi di platform kami dengan rasa aman dan nyaman. Kami secara khusus merancang Buku AMAN Shopee dengan desain dan bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan dan dalam format shareable yang bisa dengan mudah dibagikan melalui berbagai platform.” kata dia.

Adapun buku AMAN tersedia di portal Shopee Xtra Aman dan dirancang mudah dipahami dengan bahasa sederhana dan format yang mudah dibagikan.

Baca juga: Episode awal Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas capai 20 juta lebih views

Buku ini membahas tiga hal utama, yakni cara melindungi data pribadi seperti kode OTP dan password, mengenali berbagai modus penipuan, serta penjelasan fitur Shopee seperti ‘Cek Fakta’ dan layanan Customer Service yang siap membantu pengguna menghadapi penipuan.

Lebih lanjut, Ketua Umum Siberkreasi Donny Budi Utoyo menambahkan literasi digital harus mencakup kesadaran kritis dalam menyaring informasi agar masyarakat tidak mudah tertipu.

“Literasi digital bukan hanya sekadar mampu menggunakan teknologi, tetapi juga harus mencakup kesadaran kritis dalam memahami, menyaring, hingga menyebarkan informasi secara bertanggung jawab. Buku ini adalah edukasi yang dapat membekali masyarakat tentang langkah praktis menghindari penipuan online," imbuh Donny.

Data Global Anti-Scam Alliance dalam laporan ‘State of Scams in Southeast Asia 2025’ menunjukkan 66 persen masyarakat Indonesia menjadi target penipuan dalam 12 bulan terakhir. Penipuan tersebut dilakukan melalui pesan singkat (67 persen), telepon (64 persen), dan SMS (59 persen).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kerugian akibat penipuan mencapai Rp6,1 triliun pada periode November 2024 - September 2025.

Baca juga: Ini tiga strategi bagi UMKM sebelum merilis produk edisi spesial

Baca juga: Nezar dorong pemanfaatan teknologi untuk bangun pertahanan digital

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.