Jakarta (ANTARA) - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Azis mengatakan perlu upaya mengarusutamakan Naskah Nusantara agar tidak tersisihkan dari arus utama pengetahuan dan kebudayaan bangsa.

"Naskah Nusantara ibarat sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Hulunya adalah manuskrip yang ditulis leluhur kita, hilirnya adalah pemahaman generasi kini dan mendatang. Tugas kita semua adalah memastikan aliran sungai ini tidak terputus hingga samudra kesadaran kolektif bangsa Indonesia," ujar Aminudin dalam keterangan pers yang diterima, Rabu.

Aminudin mengatakan pengarusutamaan Naskah Nusantara merupakan satu dari tiga program prioritas lembaga yang ia pimpin, bersama penguatan budaya baca dan standardisasi perpustakaan di seluruh Indonesia.

Ini membuat Perpusnas merupakan rumah kedua bagi para filolog, akademisi, dan peneliti naskah.

“Bagi kami, urusan naskah ini bisa disebut sepertiga dari tugas utama Perpusnas,” tambahnya.

Baca juga: Perpusnas susun Rencana Induk Nasional Pengarusutamaan Naskah Kuno

Ia mencontohkan perjalanan naskah Babad Diponegoro. Naskah tersebut menjadi bagian dari UNESCO Memory of the World sejak 2013 namun baru direstorasi pada 2019 melalui kolaborasi internasional.

Perpusnas memanfaatkan momentum 200 tahun Perang Jawa 2025 untuk menghidupkan kembali nilai perjuangan Diponegoro melalui pameran. Perpusnas juga melakukan penerbitan ulang naskah dalam bahasa Indonesia, digitalisasi di portal Khastara, pementasan teater, hingga komik anak Diponegoro Series.

Rencananya, komik tersebut akan didistribusikan ke 6.500 perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat (TBM), serta tersedia gratis di aplikasi iPusnas.

“Melestarikan naskah bukan berarti menyimpannya di ruang tertutup, melainkan memanfaatkannya agar masyarakat mengetahui nilai dari harta karun tersebut,” tegasnya.

Keberhasilan program pengarusutamaan naskah sangat bergantung pada dukungan ekosistem pernaskahan yang kuat, kebijakan anggaran yang memadai, serta keberpihakan negara terhadap pemajuan literasi dan kebudayaan.

Baca juga: Perpusnas-SOAS kerja sama wujudkan Satu Data Naskah Nusantara

Aminudin menjadi pembicara dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara XX bertema "Naskah Nusantara: Ingatan Kolektif dan Masa Depan Filologi Indonesia” di Auditorium Lantai 2 Perpusnas, Jakarta dengan judul pidatonya “Sungai Mengalir dari Hulu ke Hilir: Mengarusutamakan Ingatan Kolektif bagi Generasi Emas”.

Rangkaian simposium dilengkapi dengan penyerahan Sertifikat Penetapan Naskah Ingatan Kolektif Nasional (IKON) 2025 kepada lima pengusul naskah Nusantara dari berbagai daerah, serta penampilan seni bertema manuskrip Nusantara.

Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara merupakan forum ilmiah dua tahunan yang mempertemukan para peneliti, filolog, akademisi, dan pemerhati naskah dari berbagai negara. Tahun 2025 ini juga digelar bersamaan dengan Musyawarah Nasional VIII Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA), guna memperkuat kaderisasi dan organisasi di bidang pernaskahan.

Baca juga: Perpusnas berupaya mewujudkan satu data naskah Nusantara

Baca juga: Perpusnas sebut baru 24 persen naskah kuno yang berhasil dilestarikan

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.