Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani Sp.PD K-GEH mengatakan penanganan kanker hati kini bisa dilakukan dengan teknologi ablasi gelombang panas (microwave ablation) yang merupakan terapi minimal invasif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Kalau kanker hati itu cepat, rata-rata kalau enggak diapa-apain umurnya hanya 4-5 bulan dari diagnosis sama meninggal, tapi kalau treatment seperti itu pasiennya bisa bertahan dua tahun lebih,” kata Rino dalam diskusi kesehatan tentang penanganan kanker hati di Jakarta, Kamis.
Dokter yang praktek di RS Cipto Mangunkusumo Kencana dan RSPI Pondok Indah ini menjelaskan penanganan dengan microwave ablation minimal invasif, karena hanya memasukkan jarum yang mengantarkan gelombang elektromagnetik langsung ke lokasi tumor dengan bantuan teknologi USG.
Gelombang tersebut akan memanaskan sel kanker hingga terbakar dan hancur, namun tidak membahayakan jaringan hati yang sehat di sekitarnya, sehingga fungsi hati pasien masih terjaga.
Baca juga: D’Angelo, penyanyi legendaris R&B meninggal dunia di usia 51 tahun
Rino menjelaskan terapi dengan microwave ablation dilakukan dengan prosedur sederhana tanpa operasi terbuka sehingga membutuhkan waktu lebih cepat yang membuat risiko komplikasi perdarahan cukup rendah, hanya kurang dari 5 persen.
“Kemudian biasanya pasien bisa dipulangkan satu hari kemudian, dan dapat dikombinasi dengan terapi-terapi lain yang sesuai, apakah dengan embolisasi atau dengan radioterapi,” tambah Rino.
Ia mengatakan terapi kanker hati dengan ablasi gelombang panas bisa dilakukan pada ukuran sel kanker kurang dari 5 cm dan bisa dilakukan berulang jika terdapat banyak titik kanker untuk menghindari metastasis. Selain itu, pasien dengan kondisi medis yang tidak memungkinkan dilakukan operasi juga dapat ditangani dengan metode ini.
Rino mengatakan kanker hati seringkali baru diketahui saat kondisi hati sudah menurun. Saat ini perawatan ini telah menjadi standar baru penanganan kanker hati untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien dan meminimalkan operasi berulang yang dapat menurunkan fungsi hati.
Baca juga: Pengobatan inovatif pasien kanker makin beragam
Baca juga: Ahli: Waspada Hepatitis B dan C bisa rusak hati tanpa gejala awal
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.