Jakarta (ANTARA News) - Jika ada karya fotografi yang bisa membuat tubuh merasa nyaman dan mempercepat penyembuhan, karya-karya fotografer Kinez Riza merupakan jawabannya.

Hal itu terungkap dalam pameran berjudul Selubung Hening yang diselenggarakan di Salian Art Space, Bandung, yang berlangsung hingga 4 Oktober mendatang.

Lalu, apa yang menyebabkan tubuh merasa nyaman? Praktisi holistis dr. Hanson Barki mengungkap fenomena unik dalam karya yang dipamerkan oleh Kinez Riza tersebut.

"Karya fotografi yang ditampilkan tidak sebatas mengungkapkan keindahan semata, tetapi juga memiliki kekuatan energi yang menimbulkan rasa nyaman bagi tubuh," ujar Hanson.

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan tubuhnya sendiri atau yang dikenal dengan "body wisdom".

Tubuh dapat merespons secara jujur dan tepat atas segala stimulasi yang diterima oleh sistem sensor tubuh. Dengan kata lain, sebenarnya tubuh memiliki kemampuan merawat dirinya sendiri dan mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya.

Salah satu cara untuk mengetahui respons tubuh tersebut menggunakan metode Kinesiologi yang ditemukan oleh Dr. W. Lovett dari Harvard Medical School.

Metode tersebut menggunakan tes otot sebagai instrumen yang menerima umpan balik sinyal yang berasal dari tubuh itu sendiri.

"Jika tubuh menerima dengan baik atau merespons secara positif terhadap stimulasi yang datang, otot bahunya akan menguat. Stimulasi tersebut membuat tubuh menjadi tidak nyaman maka ototnya akan melemah," katanya.

Hanson menerangkan saat pengecekan dengan metode Kinesiologi, foto karya Kinez mendapatkan respons positif dari tubuh.

Tubuh, lanjut Hanson, merasa nyaman dengan karya fotografi tersebut. Jika tubuh merasa nyaman, penyembuhan menjadi lebih cepat.

"Artinya, tubuh menerima secara baik karya-karya Kinez," kata pendiri Hanara Wellbeing Center tersebut.

Dengan metode pengecekan dari Kinesiologi, suatu karya seni tidak saja dapat dinikmati dalam ranah artistik dan kreativitasnya, tetapi juga dapat diukur secara objektif apakah direspons secara positif atau tidak oleh tubuh orang yang memandang karya tersebut.

"Inilah keunikan dari seniman muda bertalenta ini. Kinez dalam karya-karyanya menghasilkan suatu kreativitas positif, tidak saja indah dipandang mata, tetapi juga positif diterima oleh tubuh yang memandangnya," terang dia.


Selubung Hening

Dalam pameran tersebut, Kinez mengangkat keindahan alam dan mengajak pengunjung untuk meresapi dunia yang ditempati saat ini.

Kinez mengajak pengunjung untuk membaca setiap pertanda yang terserak di alam semesta, entah itu pada batu, tumbuhan, pohon yang menjulang tinggi, sungai yang mengalir hingga tanah yang tempat berpijak.

Semuanya ditampilkan dengan rendah hati, hening, tanpa keterpaksaan dan tanpa keinginan untuk ditemukan.

"Keheningan bila dibaca dan diresapi dengan saksama akan memberikan sedikit petunjuk akan esensi dasar keberadaan manusia. Melalui keagungannya alam juga selalu memberi petunjuk bahwa perjalanan setiap makhluk hidup akan selalu beriringan dengan makhluk hidup lainnya dalam hening," terang Kinez.

Kinez menangkap keheningan tersebut dengan saksama. Karyanya menangkap berbagai objek yang dia temukan ketika melakukan perjalanan ke berbagai situs peninggalan purbakala, pun ketika hanya sekadar mengasingkan diri di alam.

"Saya memang sangat menyukai alam liar," ucapnya.

Hening menyelubungi setiap karya Kinez yang didominasi hitam dan putih. Melalui hening, karya-karya Kinez menawarkan kesempatan untuk sejenak keluar dari keriuhan yang ada.

Kinez merasa gembira dapat menghadirkan hasil karya yang dapat dinikmati oleh pencinta fotografi Tanah Air.

"Saya sangat bahagia mendapat kesempatan untuk memamerkan karya terbaru saya," katanya.

Dara kelahiran 1989 itu lalu berucap, "Saya ingin mengajak pengunjung untuk melepas keriuhan dan masuk ke dalam keheningan untuk merasakan keindahan dan keagungan alam yang mungkin terlewatkan."

Dengan melihat kembali esensi alam yang agung, dia berharap dapat memberikan energi lebih bagi yang melihat untuk memuliakan Ilahi sebagai sang pencipta dan bersyukur atas kehidupan yang dimiliki.

Kurator seni Rifandy Priatna mengatakan bahwa perkembangan teknologi peradaban masa kini, memungkinkan manusia untuk menelusuri ruang dan waktu melalui berbagai artefak pada masa lampau.

"Saya menilai Kinez mampu membawa kembali kita ke esensi hidup tersebut melalui karya-karyanya yang menarik sehingga dapat memberikan energi positif bagi yang melihatnya untuk menghadapi keriuhan kehidupan dengan kembali ke Sang Pencipta dan menjadi manusia yang selalu bersyukur," ungkap Rifandy.

Sebelumnya, Kinez telah memamerkan karya-karyanya di ajang pameran foto bergengsi di beberapa negara, seperti Art Dubai, Uni Emirate Arab, Unseen Photo Fair, Amsterdam, Belanda, dan D Gallerie, Indonesia.

Kinez pun menjadi seniman termuda yang dinominasikan untuk penghargaan Sovereign Art Prize.

Kinez juga bekerja sama dengan Land Art Mongolia 360 Biennale (2014) pada Orkhon Valley Cultural Landscape and the Arctic Circle Org residency programme dan merupakan dosen tamu di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kinez juga bekerja sama dengan para arkeolog dan paleontolog dari Arkenas, Museum Geologi Bandung dan anggota dari Universitas Wollongong and Griffiths Australia untuk membantu mendokumentasikan penemuan yang diperolehnya.

Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015