Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) DKI Jakarta dr. Ida Gunawan, MS, Sp.GK, Subsp. K.,M, FINEM mengatakan bahwa perbedaan DNA pada setiap manusia menyebabkan tiap individu membutuhkan nutrisi yang berbeda.
"Karena adanya perbedaan, maka kita juga membutuhkan makanan yang berbeda, kita unik, olahraga berbeda," kata Ida dalam diskusi yang digelar di Jakarta, Kamis.
Dengan variasi DNA yang berbeda setiap hari, maka ia menyerukan untuk tidak mencontoh termasuk dalam diet makanan.
"Makanya jangan pernah menyontek. Jadi makanan yang baik buat satu orang, biarkan baik untuk dia belum tentu cocok untuk saya," tambah dia.
Ia pun menyarankan setiap individu untuk melakukan pengecekan genomics untuk memastikan pemilihan gaya hidup yang tepat termasuk pola makan hingga olahraga.
Baca juga: Gaya hidup sehat sebaiknya diterapkan jelang masa menopause
Pada kesempatan yang sama, Founder Move Inc. & Menopause Transition Coach Mia Fitri mengatakan, penurunan lemak tubuh pada masa perimenopause dan menopause bukan sekadar membakar kalori namun juga menjaga komposisi tubuh agar sehat dan seimbang.
"Otot merupakan organ metabolik aktif yang terus membakar energi bahkan saat tubuh beristirahat. Karena itu, perempuan perlu menjaga massa ototnya agar metabolisme tetap optimal,” ujarnya
Untuk itu, latihan beban atau strength training menjadi fondasi utama bagi perempuan di atas 40 tahun, didukung dengan olahraga kardio seperti jogging atau bersepeda untuk membantu mempertahankan massa otot sekaligus menjaga kesehatan jantung.
“Namun, latihannya harus tetap bijak. Di masa menopause, tubuh membutuhkan waktu pemulihan lebih lama. Fokuslah pada latihan yang strategis, bukan sekadar keras” jelasnya.
Selain olahraga, keberhasilan fat loss dan weight loss yang seimbang juga ditentukan oleh pola makan dan gaya hidup. Perempuan menopause disarankan mencukupi asupan protein (1,6–2g/kg berat badan), memperbanyak serat alami, dan menghindari defisit kalori ekstrem.
Tidur berkualitas selama 7–8 jam dan manajemen stres juga berperan penting, karena kadar kortisol tinggi dapat memicu penumpukan lemak di area perut.
Baca juga: Perminesia sebut penurunan estrogen tingkatkan risiko penyakit
Baca juga: Tablet hormon untuk menopause dapat pengaruhi kesehatan jantung
Baca juga: Dokter ungkap kaitan kanker serviks dan menopause
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.