Pekanbaru (ANTARA News) - Kalangan ibu rumah tangga di Kota Pekanbaru Provinsi Riau mengaku resah karena bencaan kabut asap telah mengganggu kesehatan anak bawah umur lima tahun (balita).

"Kedua anak saya sudah lebih sepekan ini batuk dan pilek. Doter yang memeriksanya mengatakan kalau itu penyebabnya adalah asap," kata Melfa (30), warga Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayanraya, Pekanbaru, Senin siang.

Ia mengatakan, kondisi kedua anaknya yakni Bunga, berusia 20 bulan dan Rayhan 2 tahun 10 bulan saat ini masih sering batuk dan ketika tidur selalu sulit bernafas.

Ketika dibawa ke dokter, lanjut dia, dikatakan kalau anak saya mengalami gangguan pernafasan disertai batuk dan pilek.

"Itu penyebab dari udara di Pekanbaru tercemar asap sejak beberapa bulan ini," katanya.

Untuk mengantisipasi hal lebih buruk terjadi, Melfa mengaku telah mengurung anaknya di dalam rumah untuk menghindari terhirupnya udara tercemar asap.

"Padahal dokter anak sebelumnya mengatakan jangan menghambat tumbuh kembang anak saat bermain. Dengan dibatasinya aktivitas anak di luar rumah, maka secara tidak langsung juga menghambat pertumbuhan otak anak tersebut. Itu kata dokter," katanya.

Selain Melfa, sejumlah ibu rumah tangga lainnya di Pekanbaru juga mengeluhkan hal yang sama. Beberapa menganggap kabut asap telah merugikan dunia pendidikan karena sekolah-sekolah harus libur untuk menghindari dampak dari udara yang tercemar.

"Sementara banyak mata pelajaran yang harus ditunda karena libur itu. Kondisi ini tentu merugikan kami para orang tua yang mengharapkan anak dapat tumbuh pintar di sekolah terpaksa harus berdiam diri di rumah," kata Wahyuni, warga Tangkerang Timur, Pekanbaru.

Bencana kabut asap Riau dilaporkan telah menyebabkan dua orang dilaporkan meninggal dunia. Udara yang tercemar asap kebakaran lahan diindikasi menjadi pemicu Hanum (12 tahun) yang tadinya mengalami batuk dan pilek menjadi meninggal dunia akibat gagal pernafasan.

Begitu juga dengan Rustam, PNS yang bertugas di Dinas Perhubungan Riau, dilaporkan meninggal dunia setelah asap memicu terjadinya sakit jantung pada dirinya.

Kedua korban asap Riau tersebut meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru.

Sementara itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau menyatakan jumlah warga yang sakit terus bertambah hingga mencapai 25.524 orang akibat asap kebakaran lahan dan hutan yang mengakibatkan polusi mencapai tingkat berbahaya.

"Warga paling banyak menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA, yang jumlahnya mencapai 20.901 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril.

Angka penderita tersebut merupakan akumulasi dari tanggal 29 Juni hingga 12 September 2015. Warga juga menderita pneumonia sebanyak 454 orang, asma 893 orang, iritasi mata 1.356 orang dan iritasi kulit 1.920 orang.

Jumlah penderita ISPA tersebar di 12 kabupaten/kota dan paling banyak berada di Kota Pekanbaru, yakni mencapai 3.548 orang. Kemudian penderita ISPA juga banyak terdapat di Kabupaten seperti Kuantan Singingi ada 2.831 orang, Siak 2.576 orang, Kota Dumai 2.503 orang, dan Rokan Hulu 2.227 orang.

Penderita ISPA paling sedikit terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti, yakni sebanyak 300 orang.

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015