Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar secara luas melemah terhadap mata uang mitranya di perdagangan Asia pada Senin, karena investor menyesuaikan posisi mereka menjelang keputusan suku bunga AS pekan ini.

Sementara Bank Sentral AS atau Federal Reserve diperkirakan akan mengangkat biaya pinjaman sebelum akhir tahun, keputusan pembuat kebijakan telah diperumit oleh kekhawatiran berkelanjutan tentang pertumbuhan Tiongkok dan pelemahan lainnya di seluruh ekonomi global.

Greenback atau dolar AS merosot menjadi 120,23 yen pada perdagangan sore di Tokyo, dari 120,57 yen di New York pada Jumat sore, sementara euro naik menjadi 1,1367 dolar dari 1,1333 dolar di perdagangan AS.

Euro berada di 136,72 yen dibandingkan dengan 136,64 yen, menjelang keputusan kebijakan bank sentral Jepang(BoJ), dengan pembicaraan berputar-putar bahwa ia akan segera meluncurkan langkah-langkah stimulus baru untuk menopang perekonomian nomor tiga dunia itu.

Pedagang juga beringsut keluar dari greenback dan beralih ke mata uang negara berkembang yang memberikan imbal hasil tinggi, dengan rupee India, dolar Singapura dan peso Filipina merayap naik, sementara rekannya di Australia juga naik tipis dari posisi terendah enam tahun.

Kemungkinan kenaikan suku bunga AS telah mempertahankan pasar global cemas, dengan para ekonom berdebat mengenai apakah Federal Reserve akan mengambil langkah (kenaikan suku bunga) pada 17 September atau tidak.

"Dolar Australia, yen, euro, di antara sejumlah lain, yang cenderung mengalami reli penguatan dalam jangka pendek terhadap dolar AS," kata Angus Nicholson, seorang analis pasar di IG Markets di Melbourne.

"Tapi ini mungkin menghilang ketika tren jangka panjang mereka di paruh kedua tahun ini lebih lanjut melemah terhadap dolar," tambahnya.

Jika bank sentral AS bergerak minggu ini, itu akan menjadi kenaikan pertama dalam suku bunga acuan federal funds sejak 2006.

Data yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan pertumbuhan dalam produksi industri dan akselerasi penjualan ritel Tiongkok pada Agustus, namun angka itu gagal menjawab ekspektasi para analis dan sedikit meredakan kekhawatiran internasional tentang ekonomi terbesar kedua dunia.

Produksi industri, yang mengukur produksi pada pabrik-pabrik, bengkel kerja dan tambang, naik 6,1 persen tahun-ke-tahun pada Agustus, sementara penjualan ritel naik 10,8 persen.

Dolar Australia, yang dipandang sebagai indikator patokan untuk sentimen terhadap Tiongkok karena hubungan perdagangan yang erat negara itu, naik 0,24 persen pada 71,16 sen AS.

Namun, kenaikan awal Aussie terpotong kembali ketika menteri komunikasi yang populer Malcolm Turnbull mengatakan ia telah meminta pemungutan suara kepemimpinan, tantangan kedua untuk Perdana Menteri Tony Abbott tahun ini.

Pada perdagangan mata uang Asia-Pasifik lainnya, dolar mundur menjadi 1,4074 dolar Singapura dari 1,4133 dolar Singapura pada Jumat di Tokyo, dan menjadi 46,77 peso Filipina dari 46,81 peso.

Unit AS juga di 66,3525 rupee India dibandingkan dengan 66,5412 rupee.

Greenback sedikit naik menjadi 32,53 dolar Taiwan dari 32,52 dolar Taiwan, dan menjadi 14.329 rupiah Indonesia dari 14.324 rupiah.

Yuan Tiongkok diambil 18,88 yen terhadap 18,90 yen, demikian AFP melaporkan.

(A026/A011)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015