Kendari (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Republik Indonesia (RI) Fajar Riza Ulhak meminta kepada para pemuda di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), untuk menjadikan pendidikan agama sebagai pedoman untuk mencegah gangguan kesehatan mental atau depresi

Wamendikdasmen RI Fajar Riza saat ditemui di Kendari, Jumat, mengatakan bahwa dengan Al Quran dan Hadis menjadi pedoman khususnya generasi Muslim maka gangguan tekanan mental hingga tindakan seperti bunuh diri bisa dicegah.

"Saya percaya kalau Al Quran dan hadis di amalkan dan didengarkan kepada anak-anak muda kita, in syaa Allah menurunkan tingkat depresinya atau stres," kata Fajar Riza usai Seminar Al Quran STQH Nasional di Kendari.

Dia menyebutkan berdasarkan hasil penelitian disebutkan jika banyak anak muda atau generasi muda saat ini mengalami gejala depresi dan kesehatan mental.

Dampak itu, kata dia dipicu banyak faktor salah satunya interaksi media sosial yang kadang kontennya kurang mendidik. Kondisi ini terkadang membuat generasi muda lebih memilih menyendiri ketimbang berinteraksi di masyarakat atau lingkungannya.

"Sehingga terkadang banyak anak muda yang sedang depresi atau alami tekanan mental memilik bunuh diri, dan angkanya makin meningkat," ujarnya.

Baca juga: Sultra raih penampil seni daerah terbaik Qasidah Rebana STQH Nasional

Fajar Riza mengungkapkan para pemuda Muslim harus lebih menjadikan agama sebagai sandaran ketika dalam kondisi alami tekanan mental. Caranya, yakni dengan mempedomani Alquran dan Hadis hingga memakmurkan masjid atau mengikuti kegiatan religi seperti seminar hari ini.

Dengan rutin berinteraksi di masyarakat maupun lingkungan, dampaknya bisa menurunkan kondisi tekanan mental para pemuda. Apalagi, dengan pengamalan Al Quran sehingga mereka dapat menjaga ketenangan hati karena depresi.

"Jadi salah satu solusinya bagaimana generasi muda punya interaksi yang lebih luas dengan ketemu teman sebayanya, ataupun memakmurkan masjid karena dengan begitu mereka pasti bertemu banyak orang," jelasnya.

Ia menuturkan bahwa di era saat ini penggunaan media sosial yang berlebihan ketimbang mempedomani Alquran memang menjadi permasalahan untuk pendidikan di generasi muda.

Walaupun dampak positifnya, kata Fajar Riza, pendidikan agama juga diakses melalui media sosial, namun akses tersebut harus tetap diawasi orang tua atau guru di sekolah.

"Karena kalau konten-konten di media sosial tidak difilter para generasi muda, terkadang bablas, hingga memunculkan pandangan ekstrim melalui konten medsos," ucapnya.

Ia juga menyampaikan pihaknya berharap melalui kegiatan seminar Alquran di STQH Nasional semakin memperkuat pendidikan karakter para pemuda dengan pengamalan Al Quran dan hadis.

Dengan pengamalan Alquran di kehidupan sehari-hari maka bisa mencerminkan akhlak mulia di generasi muda.

"Karena itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang menciptakan generasi beriman, bertakwa dan ahlakul karimah," tambahnya.

Baca juga: Menag RI lantik Dewan Hakim dan Dewas STQH Nasional di Kendari

Pewarta: La Ode Muh. Deden Saputra/La Ode Ari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.