Shanghai (ANTARA News) - Indeks komposit Shanghai, Tiongkok, berakhir merosot 3,52 persen pada Rabu, setelah turun di bawah tingkat psikologis 3.000 selama perdagangan karena investor khawatir atas pemberantasan terhadap perdagangan ilegal.

Pihak berwenang Tiongkok telah meluncurkan intervensi berbasis luas, termasuk pembelian saham yang didanai negara, untuk mencoba menopang harga-harga sejak gelembung (bubble) yang dipicu utang meledak pada Juni, menghapus valuasi triliunan.

Sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan keadaan, Komisi Pengawas Sekuritas Tiongkok (CSRC) mengatakan pada Senin bahwa pihaknya telah menindak ribuan rekening perdagangan terkait dengan aktivitas ilegal.

"Pasar mengambil tindakan keras pada rekening-rekening yang melakukan perdagangan ilegal lebih keras daripada apa yang regulator pasar katakan," analis Haitong Securities Zhang Qi mengatakan kepada AFP. "Dan penurunan harga pada gilirannya memperkuat momentum penjualan. Harga yang seseorang harus bayar."

Indeks Shanghai turun sebesar 109,63 poin menjadi ditutup pada 3.005,17, meninggalkannya lebih dari 40 persen dari puncaknya di pertengahan Juni.

Indeks komposit Shenzhen, yang melacak saham-saham di bursa kedua Tiongkok, jatuh 4,97 persen, atau 82,63 poin, menjadi ditutup pada 1.580,26.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng tergelincir 0,49 persen, atau 106,67 poin, menjadi ditutup pada 21.455,23.

"Sekarang tidak ada dorongan beli di pasar karena investor takut untuk membeli," Qian Qimin, analis broker Shenwan Hongyuan Group, mengatakan kepada AFP. "Posisi terbawah pasar sudah sangat dekar, tapi sentimen terlalu lemah sekarang."

Kekhawatiran atas melemahnya pertumbuhan di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua dunia, telah mengguncang pasar saham global.

Zhang Haidong, kepala strategi di Jinkuang Investment Management, mengatakan kepada Bloomberg News: "Perekonomian belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan setelah serangkaian penurunan suku bunga dan persyaratan cadangan, sementara ekspektasi tentang depresiasi yuan masih ada."

"Aset-aset berdenominasi yuan menghadapi tekanan turun. Pasar masih lemah."

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015