London (ANTARA News) - Perubahan-perubahan besar dalam sistem iklim global mempengaruhi temperatur tahun 2015 dan 2016 sehingga bisa mencapai tingkat paling tinggi dalam sejarah menurut riset baru yang dipublikasikan badan cuaca Inggris, Met Office.

Penelitian terkini yang dipublikasikan Senin (14/9) itu menunjukkan temperatur rata-rata permukaan Bumi mencapai atau mendekati tingkat tertinggi sepanjang 2015 dan kecenderungan itu tidak melambat. Temperatur tahun lalu sudah memecahkan rekor tahun paling panas.

Para peneliti mengatakan perubahan dalam pola penting cuaca global, Pacific Decadal Oscillation (PDO), El Nino di Pasifik dan Atlantic Multi-Decadal Oscillation (AMO) sedang berlangsung.

Ketiganya berdampak pada muson yang lemah di India dan musim topan yang relatif tidak aktif di Atlantik serta mempengaruhi temperatur regional dan curah hujan dunia tahun-tahun selanjutnya.

Mereka juga mempengaruhi temperatur global; dengan pengaruh hangat dari El Nino dan PDO positif, serta dingin dari AMO negatif.

Seperti dilansir laman resmi Met Office, perubahan-perubahan itu tampaknya akan menjadikan tahun 2015 dan 2016 tahun paling hangat dengan suhu permukaan Bumi rata-rata menuju atau mendekati rekor tahun 2015 yang sejauh ini 0,38±0,14 derajat Celcius di atas suhu rata-rata tahun 1981-2010.

"Kita tahu pola alami berkontribusi pada temperatur global tahun berapapun, tapi temperatur hangat tahun ini menunjukkan dampak berkelanjutan dari peningkatan gas rumah kaca. Dengan potensi bahwa tahun depan akan sama hangatnya, jelas bahwa iklim kita terus berubah," kata Kepala Met Office Hadley Centre Prof. Stephen Belcher.

"Kita tidak bisa yakin ini akhir dari pelambatan tapi tingkat tingkat pemanasan dekadal tampaknya akan mencapai tingkat abad 20 dalam dua tahun," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua. (Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015