Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon menyuarakan keprihatinan mengenai eskalasi terbaru di berbagai tempat suci di Kota Lama Yerusalem termasuk insiden pelemparan batu yang mengakibatkan kematian terhadap seorang laki-laki di Yerusalem Timur.

"Para pemimpin politik dan agama memiliki tanggung jawab untuk bertindak melawan ekstrimis, yang melemahkan supremasi hukum," kata Ban Ki Moon dalam rilis Pusat Informasi PBB (UNIC) Jakarta, Rabu.

Sekjen PBB juga mengimbau seluruh masyarakat untuk bangkit dengan melawan hasutan dan kekerasan, terutama selama periode sensitif hari kudus masyarakat Yahudi, dan menjelang Idul Adha umat Muslim.

Sekjen PBB menegaskan kembali pentingnya menghormati kebebasan beragama, dan kepada para jamaah dari semua agama untuk memiliki akses ke tempat-tempat suci para penganut agama.

Rilis itu menyebutkan, peristiwa eskalasi itu menggarisbawahi pentingnya mencapai kesepakatan status akhir melalui negosiasi, termasuk pengaturan terkait tempat suci yang bisa diterima semua.

Sebagaimana diberitakan kantor berita AFP, warga Palestina bentrok dengan pasukan keamanan Israel di daerah masjid Al-Aqsa, Yerusalem, untuk ketiga kali dalam tiga hari berturut-turut, Selasa (15/9).

Pengunjuk rasa muda Palestina berkumpul di sekitar Al Aqsa dan melempari batu ke arah polisi, yang memasuki gugus masjid itu. Pasukan polisi dalam jumlah besar itu menanggapinya dengan granat kejut.

Dalam bentrokan kedua warga Muslim dengan polisi Israel pada Senin (14/9), tiga orang ditahan polisi.

Polisi mengatakan memasuki puncak gugus masjid Al Aqsa untuk memastikan bahwa pemuda Muslim, yang berkumpul di sana, tidak mengganggu warga Yahudi atau wisatawan pada acara berkunjung pagi. Tempat itu (Al-Aqsa) dianggap suci oleh orang Yahudi dan Muslim.

Kepolisian dalam pernyataannya menambahkan bahwa tiga pengunjuk rasa ditangkap dan kunjungan terus berlanjut seperti direncanakan ke tempat paling suci ketiga dalam Islam dan dihormati orang Yahudi sebagai Bukit Bait Suci.

Orang bukan Muslim dibolehkan mengunjungi masjid itu, tapi orang Yahudi tidak boleh berdoa atau menampilkan lambang negaranya karena takut memicu ketegangan dengan jamaah Muslim.

Warga Muslim khawatir Israel akan berusaha untuk mengubah aturan yang berlaku di Al-aqsa, dengan kelompok Yahudi sayap kanan yang mendorong untuk mendapatkan akses lebih banyak dan bahkan upaya oleh beberapa organisasi untuk mendirikan sebuah kuil baru.

Israel merebut Yerusalem timur, daerah di mana Al Aqsa berada, dalam Perang Enam Hari pada 1967 dan kemudian mengambil alih wilayah itu dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat dunia.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015