Dalam beberapa dekade terakhir, banyak pihak meyakini, badak di pulau Kalimantan sudah punah. Badak sejatinya kerap hadir dalam cerita rakyat masyarakat Dayak, demikian juga dengan kenyataan bahwa ada anggota masyarakat yang memiliki organ tubuh bada
Samarinda (ANTARA News) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat serta World Wildlife Fund (WWF), tengah merancang strategi konservasi badak.

Koordinator WWF Indonesia-Kalimantan Timur, Wiwin Efendi, dihubungi dari Samarinda, Senin mengatakan, rancangan strategi konsevasi badak tersebut dilakukan melalui pertemuan nasional yang dilaksanakan di Balikpapan, Kalimantan Timur, mulai 21 hingga 22 September 2015.

"Pertemuan yang melibatkan berbagai pihak diantaranya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kaltim, Pemkab Kutai Barat serta WWF tersebut sebagai upaya menyelamatkan badak yang tersisa di bumi Kalimantan," ungkap Wiwin Efendi.

Pertemuan sebagai upaya dan strategi konservasi Badak di Kalimantan yang berlangsung di Hotel Grand Senyiur Balikpapan itu kata Wiwin Efendi, menghadirkan nara sumber, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK, Dr. Ir. Tachrir Fatoni MSc, Bupati Kutai Barat, Ismael Thomas serta Direktur Konservasi WWF Indonesia Dr. Arnold Sitompul.

Penemuan tanda-tanda keberadaan badak di Kalimantan awal 2013 menurut Wiwin Efendi, menjadi momentum penting bagi dunia konservasi badak di Indonesia maupun dunia karena menjadi harapan di tengah prediksi mengenai menurunnya angka populasi badak di dunia.

"Dalam beberapa dekade terakhir, banyak pihak meyakini, badak di pulau Kalimantan sudah punah. Badak sejatinya kerap hadir dalam cerita rakyat masyarakat Dayak, demikian juga dengan kenyataan bahwa ada anggota masyarakat yang memiliki organ tubuh badak sejak lama," ujar Wiwin Efendi.

Survei bersama yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu, Universitas Mulawarman (Unmul), Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan WWF Indonesia pada akhir 2013 sampai awal tahun 2014 tambah dia, berhasil merekam keberadaan badak melalui kamera jebak.

"Sejak itu pula, perlindungan populasi badak di Kalimantan menjadi perhatian serius. Pertemuan para pihak di Balikpapan pada 21-22 September 2015, yang bertajuk Pertemuan Nasional Para Pihak untuk Upaya Konservasi Badak di Kalimantan dan Penyusunan Strategi Konservasi Badak di Kalimantan bertujuan menggagas langkah konkret sebagai upaya konservasi populasi badak yang teridentifikasi di Kutai Barat," katanya.

"Pertemuan ini juga akan mengawali penyusunan strategi konservasi badak di Kalimantan sebagai bagian integral dari strategi konservasi badak Nasional 2007-2017," ungkap Wiwin Efendi.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK, Tachrir Fatoni, mengatakan, dari lima jenis badak yang ada di dunia, dua diantaranya hidup di Indonesia yakni, "Rhinocerus sondaicus" (Badak Jawa) "Dicerhorinus Sumatrensis" (Badak Sumatera).

"Kedua jenis tersebut kini hanya tersisa di Indonesia. Ini merupakan kebanggaan, tantangan dan tanggung jawab bagi kita semua," ujar Tachrir Fatoni.

"Perlu komitmen dan peran serta pihak yang hadir dalam pertemuan dua hari ini untuk bersama-sama melakukan upaya konservasi bagi pelestarian kedua jenis badak tersebut," katanya.

Sementara, Bupati Kutai Barat, Ismael Thomas mengatakan, telah mengeluarkan surat edaran dan himbauan kepada masyarakat dan jajaran pemerintah setempat agar turut membantu upaya penyelamatan badak di daerah itu.

"Saya menyambut gembira pertemuan ini dan berharap tumbuh kerjasama yang berkelanjutan dari para pihak yang hadir untuk melestarikan badak di Kalimantan khususnya di Kutai Barat," ungkap Ismael Thomas.

Keberadaan badak di Kutai Barat menurut Ismail Thomas, juga menjadi kebanggaan masyarakat, khususnya di Kampung Besiq, yang selalu aktif mendukung upaya konservasi badak di Kalimantan.

"Ini membawa harapan baru bahwa badak akan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Kalimantan," kata Ismael Thomas.

Direktur Konservasi WWF Indonesia Arnold Sitompul, mengungkapkan, hasil survei WWF Indonesia di lansekap Hulu Mahakam, habitat badak teridentifikasi berada di dalam kawasan hutan produksi, sehingga dikhawatirkan keberadaannya terancam oleh praktik penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah perlindungan terhadap habitat satwa liar.

"WWF percaya, dengan peran aktif pemegang izin konsesi melalui penerapan kaidah konservasi dan prinsip berkelanjutan menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup dan konservasi badak pada khususnya," ujar Arnold Sitompul.

Pewarta: Amirullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015