Menkes Prof. Nila F. Moeloek bertindak sebagai Pembina upacara Gerakan Nasional Revolusi Mental di lapangan upacara Kemenkes Jakarta, (14/9). Upacara ini diikuti staf Kemenkes, UPT Rumah Sakit Kemenkes serta utusan BUMN Kesehatan. Berbeda dari upacara biasa, kali ini seluruh petugas upacara adalah Pejabat Eselon 2.

Menteri Kesehatan, meminta kepada segenap tenaga kesehatan di Indonesia untuk mulai melakukan revolusi mental. Dalam upacara dibacakan Deklarasi Kebulatan Tekad Gerakan Nasional Revolusi Mental yang diikuti oleh seluruh peserta upacara.

Dalam kesempatan ini Menkes menyampaikan tiga nilai dari revolusi mental untuk Indonesia. Yang pertama Integritas yakni jujur, dipercaya, berkarakter bertanggung jawab, kedua etos kerja yakni etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif, yang ketiga gotong royong yakni kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan.

Sebagai pedoman bagi masyarakat terkait gerakan revolusi mental, telah disusun Buku Landasan Filosofis dan Buku Panduan Umum revolusi mental. Gerakan Nasional Revolusi Mental hanya dapat berjalan secara optimal dan efektif dengan keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.

Semua pihak diharapkan untuk terus meningkatkan kualitas dan kecepatan kerja agar kita bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, nilai kerja keras harus terinternalisasi dalam budaya kerja sehari-hari.

“Selesaikan pekerjaan dengan kualitas yang tinggi dan terbaik, kerahkan segala kemampuan terbaikmu apabila diberikan amanah ataupun  tugas oleh atasan serta selesaikan dengan cepat dan tepat waktu. Hasil kerja kita ditunggu oleh generasi yang akan datang. Kita bekerja keras bukan untuk hari ini, tetapi buat hari esok bangsa ini”, Tegas Menkes ketika membacakan sambutan tertulis Menko PMK Puan Maharani.

Usai upacara, Menkes Nila F. Moloek menegaskan kepada pers bahwa revolusi mental harus dimulai sejak bayi sampai manula.

“Jadi intervensi apa? Misal bayi, bayi harus diintervensi juga dengan pendidikan secara disiplin. Contohnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dulu barangkali memang ada pemberian makanan tambahan juga. Sekarang ibunya pun harus revolusi mental. Kalau mau punya anak, berikanlah anak makanan yang berkualitas.”

Berita
dan Info kesehatan lebih lanjut dapat dilihat di laman http://www.depkes.go.id dan http://www.sehatnegeriku.com.[*]




Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2015