Mataram (ANTARA News) - Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat Agus Budiono mengungkapkan aksi pembalakan liar di dalam kawasan hutan Gunung Rinjani melibatkan kaum perempuan dan anak-anak sebagai tameng hidup.

"Bagi kami ini sangat miris, aksi pembalakan liar di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani sudah melibatkan ibu-ibu dan anak-anak," kata Agus Budiono di Mataram, Rabu (23/9).

Menurut dia, masyarakat setempat setiap kali merambah hutan selalu melibatkan para ibu-ibu dan anak-anak. Bahkan dalam aksi pembalakan hutan tersebut, masyarakat selalu mengklaim bahwa tanah yang kini dijadikan sebagai kebun durian itu merupakan tanah adat dan hutan rakyat.

Padahal keberadaan kawasan hutan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sudah sejak lama. Bahkan ada bukti - bukti kawasan hutan itu masuk dalam TNGR.

"Mereka ini penduduk sekitar yang mencoba memaksakan masuk ke dalam kawasan hutan Rinjani dan main klaim, kalau kawasan tersebut merupakan kawasan hutan adat. Anehnya, namanya masyarakat adat itu memelihara, merawat dan bersahabat dengan hutan dan alam. Tetapi mereka ini justru tanpa punya hati membabat dan menebang pohon besar yang ada di sana sebagai penyangga hutan, apakah pantas disebut sebagai masyarakat adat," katanya.

Dia menilai aksi pembalakan dan upaya menduduki lahan di kawasan hutan yang dilakukan warga tersebut, bukan lagi soal aksi biasa, tetapi sudah termasuk kejahatan lingkungan yang tidak bisa ditoleransi lagi, karena bagaimanapun TNGR merupakan aset negara yang harus dilindungi dan dijaga bersama.

"Perkiraan kami ada sekitar 50 hektare kawasan hutan yang sudah rusak parah. Bahkan, selain pohon yang ditebang masyarakat juga merusak tapal batas TNGR," ujarnya.

Dia menuturkan, pihaknya sudah melakukan upaya untuk menghentikan aksi pembalakan liar oleh warga setempat. Termasuk, melaporkan aksi warga tersebut kepada aparat TNI, Polri dan pemerintah Kabupaten Lombok Timur untuk ikut turun tangan menyelesaikan aksi warga yang melakukan pembalakan liar. Namun, hingga saat ini upaya tersebut belum berhasil. Bahkan, aksi pembalakan laiar yang dilakukan warga semakin menjadi-jadi.

"Langkah persuasif sudah kami lakukan dengan melibatkan TNI, Polri dan pemerintah daerah. Tetapi lagi-lagi mereka menggunakan ibu-ibu dan anak sebagai tameng hidup," terangnya.

Lebih lanjut, Agus tidak menampik aksi nekat warga melakukan pembalakan liar tidak semata - mata atas insiatif sendiri, tetapi ada yang membekingi dan mengkoordinir.

"Warga berani seperti ini, karena ada yang membela dan membekingi dari belakang, termasuk ada penyandang dana di balik semua ini," imbuhnya.

Untuk itu, pihaknya berharap aksi pembalakan liar di kawasan TNGR segera bisa dihentikan. Karena jika terus dibiarkan maka pohon-pohon di tempat itu lambat laun akan habis.

Mengingat, aksi pembalakan tersebut, tidak hanya merusak kelestarian Rinjani sebagai hutan konservasi, melainkan juga merugikan masyarakat NTB.

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015