Malang (ANTARA News) - Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan alat terapi mastitis (radang kelenjar ambing bagian dalam) bagi sapi perah yang diberi nama "Mastitis Electrical Biomedis" atau "Mastimedis".

Salah seorang pencipta Mastimedis Rifai di Malang, Jawa Timur, Sabtu mengatakan ide untuk menciptakan Mastimedis melalui sejumlah penelitian ini berawal dari keresahan peternak terhadap tingginya prevalensi mastitis pada sapi perah yang disebabkan oleh bakteri patogen staphylococsus aureus dan streptococcus agalactiae.

"Sapi yang terjangkit mastitis akan merugikan peternak dalam jumlah cukup besar, seperti penurunan produksi susu, kualitas susu, peyingkiran susu, biaya perawatan dan pengobatan yang juga tinggi, serta pengafkiran ternak lebih awal," kata Rifai, mahasiswa Fakultas Peternakan UB angkatan 2013.

Selain Rifai, empat mahasiswa lainnya yang bergabung menciptakan alat terapi Mastimedis itu adalah Ahmad Azmi Khoirul (Fapet 2011), Bekti Sri Utami (FKH 2013), Handriawan Junianto (FT 2012), dan Mohammad Abdul Aziz (Fapet 2014). Penelitian kelima mahasiswa tersebut di bawah bimbingan dosen Dr Puguh Surjowardojo.

Lebih lanjut, Rifaai mengatakan jika penyakit mastitis ini dibiarkan pada kelenjar susu sapi, susu yang diproduksi akan ikut tercemar oleh bakteri. Dan, pengobatan yang selama ini dilakukan peternak adalah dengan menggunakan pengobatan antibiotik, seperti antibiotik dan antiinflam (mastitis klinis). Sayangnya, kedua bakteri penyebab mastitis tersebut mudah sekali resisten terhadap beberapa pengobatan antibiotik.

"Dengan menggunakan temuan kami (Mastimedis) dapat membunuh bakteri patogen penyebab mastitis dengan prinsip elekroporasi, yaitu bakteri akan mati pada frekuensi dan tegangan tertentu. Kami menginovasikan alat ini dengan prinsip elektroporasi, sehingga menghindari penggunaan antibiotik karena antibiotik dapat mengakibatkan residu pada susu yang tidak baik apabila terkonsumsi," ujarnya.

Sebelumnya, Mastimedis telah dilakukan pengujian secara elektronika, uji invitro dan uji invivo. Alat ini akan terus diteliti dan dikembangkan untuk benar-benar dapat digunakan di seluruh peternakan sapi perah di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan produksi susu dalam negeri.

"Kami terus melakukan inovasi untuk memperbaiki ciptaan kami ini agar lebih sempurna, sehingga memudahkan peternak dalam menggunakannya dan pada akhirnya bisa membantu peternak meningkatkan produksi susu yang dihasilkan sapi perah mereka, bahkan kualitasnya pun juga lebih bagus," ucapnya.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015